Sabtu, 09 Februari 2008

Swan Lake, Russian Ballet Moskwa

Selasa, 16 September 2003 . Budaya

Sentuhan Artistik Balet Moskow

TIDAK aneh, jika selama dua jam sekitar seribu penonton yang memadati Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, bergeming, seolah tersihir oleh pesona tarian balet The Russsian State Ballet of Moscow. Pertunjukan Jumat (12/9) malam lalu itu memang telah lewat, namun "sentuhan" artistiknya masih terasa hingga sekarang. Pada saat itu, dengan penuh antusias, Presiden Megawati --yang tampak bungah-- pun tidak ketinggalan memberikan aplause panjang seusai pementasan. Memang, malam itu, grup tari asal Moskow yang pernah memperoleh penghargaan ''The best touring ballet company of Europe'' itu tampil cukup prima dan penuh pesona. Membawakan lakon legendaris Swan Lake mahakarya Tchaikovsky, kelompok tari yang terbentuk 1979 atas inisiatif penari utama Bolshoi Ballet (yang juga direktur Moscow Philharmonic Society), Irna Tichomirova, itu cukup berhasil menyajikan sebuah tontonan yang benar-benar agung.


Betapa tidak? Membawa 50 penari solo, di antaranya penari-penari berprestasi dan jawara di kompetisi internasional, Viatcheslav Gordev yang dikenal sebagai penari dan koreografer tersohor di era Uni Soviet. berhasil dengan baik meramu dan menyuguhkan suatu tontotan apik dari sebuah negara, asal tarian balet klasik tersebut berkembang. Bukan hanya lewat gerakan klasik roulette (memutar tubuh dengan satu kaki yang bertumpu pada ibu jari kaki) dan berbagai gerakan indah lainya saja. Dukungan orkestrasi musik klasik yang (meski) diputar dengan cara minus-one dan kostum yang mereka kenakan, juga mampu menggiring imajinasi penonton ke sebuah dunia dongeng.


Tidak jauh berbeda dengan lakon tari mereka yang juga telah mendunia --seperti Sleeping Beauty, Nutcraker, dan Fresques--, Swan Lake yang mengombinasikan tarian balet klasik dan modern tersebut berhasil meneruskan keindahan tradisi balet yang membentuk keindahan artistik tersendiri. Lihatlah pada skenografinya, yang tampak simpel namun teramat sangat mewakili suasana pertujukannya. Meski panggung Graha Bakti Budaya tidak begitu lebar, mereka mampu menyiasatinya sedemikian rupa, sehingga tercipta ruang gerak yang apresiatif bagi sebuah pertunjukan. Keberhasilan itu, masih didukung oleh lighting yang prima dan sound system yang terjaga.


Danau Angsa

Tampaknya, pengalaman mereka berunjuk pesona di Cina, Inggris, Australia, Irlandia, Jerman, Prancis, dan Meksiko, telah mengajarkan bagaimana caranya menyuguhkan sesuatu yang sempurna kepada penikmat tari balet. Sehinga tidak heran, jika warga New Orleans, Amerika Serikat, mempunyai hari libur yang mereka namai ''The Russian State Ballet Day'' sebagai wujud kecintaan dan keterpesonaan terhadap bakat-bakat penari The Russian State. Swan Lake sendiri, terdiri tiga babak, yang bernarasi tentang perjalanan kasih Pangeran Siegfried dan wanita pujaannya, Odette. Dikisahkan, suatu hari di sebuah danau yang nun jauh di dalam hutan terdapat sekawanan angsa. Kawanan itu, sebenarnya adalah jelmaan putri yang dikutuk oleh seorang penyihir bernama Rothbart. Hanya pada malam hari saja, angsa-angsa itu menjelma menjadi manusia kembali. Pada saat menjelma sebagai manusia itulah, salah satu angsa nan cantik tersebut berubah wujud menjadi seorang putri yang rupawan, Odette.


Mengetahui hal itu, Siegried pun jatuh hati dan bersumpah untuk menjaga cinta dan kesetiannya kepada Odette. Namun payahnya, sang ibu telah memerintahkannya untuk menikah dengan salah seorang perempuan yang tak kalah ayu. Perempuan ayu yang mirip dengan Odette itu adalah Odille, yang tak lain adalah putri Rotbard, sang penyihir. (Benny Benke-41)

Tidak ada komentar: