Sabtu, 09 Februari 2008

Naga Bonar Jadi 2

Kamis, 29 Maret 2007. BUDAYA

Satire Kocak sang Naga

NAGA BONAR, film komedi satire yang diluncurkan tahun 1987, jadi perbincangan nasional dan melambungkan nama Deddy Mizwar. Kini, setelah 20 tahun berlalu, sekuelnya berjudul Naga Bonar Jadi 2 tampaknya bakal napak tilas kesuksesan tokoh rekaan ciptaan mendiang Asrul Sani itu. Tak berbeda dari film terdahulu, kini film besutan Deddy Mizwar ini juga mengisahkan persinggungan kepentingan antargenerasi, Naga Bonar (Deddy Mizwar) dan sang anak, Bonaga (Tora Sudiro). Film ini masih mengusung satire dalam balutan komedi yang menyentil, cerdas, nakal, tetapi membumi. Kecemerlangan skenario Naga Bonar karya Asrul diteruskan dengan baik oleh Musfar Yasin yang menulis skenario Naga Bonar Jadi 2. Musfar beberapa kali mendapat Piala Vidia.


Film yang melibatkan Wulan Guritno, Darius Sinatriya, Lukman Sardi, Uli Herdiansyah, dan Michael Mulyadro ini mengalir apik di tangan Deddy Mizwar. Sutradara Kiamat Sudah Dekat dan Ketika ini tampaknya tahu betul bagaimana menghasilkan film. Meski, hampir sepanjang film, dominasi keaktoran peraih Piala Citra sebagai aktor terbaik pada FFI 1986 itu tak tertandingi dan menenggelamkan semua lawan mainnya. Tora, aktor terbaik FFI 2004 lewat Arisan, pun belum menjadi lawan main yang sepadan. Kekuatan skenario, seperti diakui Chairul Umam, serta keaktoran Deddy-lah yang menjadi jualan utama film yang bakal beredar mulai hari ini, bertepatan dengan Hari Film Nasional.

Jurang Antargenerasi

Kisah dibuka dengan adegan ketika Naga Bonar berpamitan pada jasad orang-orang tercinta di pekuburan. Itulah kuburan Emak, sang istri Kirana, dan karibnya, Bujang. Mereka terbaring di pekuburan keluarga, di kebun sawit Sumatera Utara. Ironisnya, kelak, pekuburan itulah yang menjadi sumber konflik. Bonaga, anak semata wayang lulusan S2 di Inggris, meminta sang ayah datang ke Jakarta untuk menyaksikan kesuksesannya. Keadaan di kota itu menjungkirbalikkan pola pikir Naga sebagai pejuang 45. Dan di kota itulah, konflik antargenasi bermula.

Bonaga berniat membuat resor di kampung halaman. Padahal, di sanalah orang-orang yang dicintai sang ayah dikuburkan. Pertarungan kepentingan plus subkonflik di sana-sini yang sangat dekat dan menyatu dengan permasalahan kehidupan di Jakarta tersaji lewat satire yang menghibur. Pertanyaan tentang makna kepahlawanan, kepemimpinan, pengorbanan, agama, dan keyakinan mencuat secara jenaka, tanpa tendensi menyinggung siapa pun. Meski ada kejanggalan mendasar. Itulah ikhwal Naga yang semetinya lebih renta, jika bertolak dari versi Naga Bonar yang berlatar 1945-an.


Naga muda yang pencopet berusia 25-30 tahun. Jadi, saat pembuatan film ini tahun 2006, semestinya dia berusia 90 tahun. Untuk ukuran orang Indonesia, tak masuk akal lelaki 90-an tahun masih dapat bermain bola, dengan kanak-kanak sekalipun. Apalagi dia juga mampu memanjat patung Sudirman. (Benny Benke-53)

Tidak ada komentar: