Sabtu, 09 Februari 2008

F4

Senin, 13 Januari 2003. Budaya

Sihir F4 Menyebar di Sekeliling Kita

PARTY must be end. Usai sudah, konser akbar selama dua hari berturut-turut dari boysband paling berkilau di benua Asia, F4 (Fantastic Four) di Hall C Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, Jumat dan Sabtu (10-11/1) lalu. Perhelatan spektakuler dengan persiapan maraton yang dilakukan oleh AJ Pro selaku promotor bekerja sama dengan Peter Loh Production itu, menelan biaya produksi sebesar Rp 20 miliar.


Secara keseluruhan, gawe pembuka 2003 itu berjalan sukses dan lancar. Meski sempat terjadi peristiwa pemukulan yang menimpa seorang kameraman infotainment ''Kros Cek'' dan fotografer harian Warta Kota oleh petugas keamanan. Pada konser terakhir yang berlangsung Sabtu malam (11/1), jumlah penonton semakin membludak dibandingkan pada malam sebelumnya (Jumat, 10/1); dan harga karcis pun melambung hingga 50 persen dari harga resmi, meski pada hari pertama pihak panitia membanting harga tiket jauh dari harga yang telah ditetapkan.


''Saya dapat dari panitia seharga Rp 50.000 untuk tiket kelas Festival II; kemudian saya jual kembali sesuai dengan harga resmi yang telah tertera Rp 200.000.'' ujar seorang calo. Tampaknya, para pencinta F4 lebih senang menonton bintang pujaannya pada hari kedua, yang kebetulan juga malam Minggu. Sehingga, daripada ketinggalan momen yang belum tentu terulang lagi, sebagian dari mereka rela merogoh koceknya, meski dengan harga tiket ''gila-gilaan''. Bayangkan, di tangan para calo untuk tiket VVIP dari harga resmi Rp 2 juta melonjak menjadi Rp 3 juta, VIP dari Rp 1 juta menjadi Rp 1.5 juta, Festival I dari Rp 500.000 menjadi Rp 750.000, dan Festival II dari Rp 200.000 menjadi Rp 300.000.


Daya Pukau

Fenomena F4 sampai saat ini memang sedang di atas angin. Berawal dari kemunculan serial televisi Meteor Garden produksi Angie Chai medio 2001, pelan dan pasti penampilan keempat pemerannya, Xi Men (Ken Zhu), Vic Zhou (Hua Ce Lei), Jerry yan (Dhao Ming Se), dan Vannes Wu (Mei Zhuo), mulai diakrabi dan digemari oleh hampir seluruh pemirsanya yang tersebar di penjuru Asia. Di Indonesia, serial dengan judul asli Liu Xing Hua Yuan itu pada awalnya ditayangkan oleh Indosiar.


Tak lama kemudian, disusul dengan peluncuran album Liu Sing Yi atau Meteor Rain, yang menurut catatan resmi Sony Music Indonesia laku terjual 350.000 kopi. Kesempatan emas tidak disia-siakan oleh pihak manajemen F4, yang berkeputusan meneruskan keksuksesan serial televisinya dengan Meteor Garden II. Baru-baru ini, dengan maksud terus mengibarkan bendera mereka, F4 meluncurkan album kedua bertajuk Fantasy 4 Ever Yan Huo Ji Jie (musim kembang api). Sejak Desember 2002 hingga sekarang, album itu laku 130.000 kopi. Kecintaan para penggemar F4, sepertinya tidak berbatas. Konser dua malam lalu, dikemas dengan gaya anekawarna. Yakni menggabungkan berbagai unsur entertainment seperti tarian, musik, nyayian, dan ditambah dengan kemewahan serta kesemarakan kostum yang mereka kenakan. Bahkan, dalam setiap lagu yang dibawakan, mereka selalu berganti baju anyar.


Tak pelak, konser itu menyerupai fashion show. Para fans mereka tidak henti-hentinya berjingkrak, bersorak, berpekik, dan histeris sepanjang pertunjukan yang memakan waktu dua jam tersebut. Sebenarnya, kemampuan olah vokal dan olah tari F4 di atas panggung biasa-biasa saja; bahkan bisa dikata satu tingkat di bawah rata-rata. Namun bagaimana mungkin dengan kemampuan bernyanyi seperti itu, F4 dapat sampai setenar seperti sekarang? Jawabnya, manajemen yang profesional. Betapa tidak? Dengan kemampuan manajemen yang mumpuni, mereka mampu memberdayakan sebuah industri yang bernama hiburan menjadi sesuatu yang ''wah!''. Majalah Time pernah mengulas mereka, dan menuliskan bahwa ketenaran dapat dicapai karena mereka mengelola manajemen konser dengan apik dan mewah, bahkan mampu menandingi kemewahan konser Michael Jackson. Dengan bekal itu, mereka mampu menutupi kealpaan dan keterbatasan bakat menyanyinya.


Namun demikian, hampir semua fans yang datang ke tempat konser itu tidak semata-mata untuk menikmati kemampuan olah tarik suara F4. Para penggemar sudah mempersetankan, apakah kualitas suara F4 layak atau tidak, dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Sampai mereka menggunakan teknik bernyanyi dengan minus one (karaoke) atau lips sing sekalipun. Mereka tidak peduli. Karena, mereka sudah telanjur terkena sihir untuk mengapresiasi ketampanan keempat personel F4 itu. Sihir F4 memang telah menyebar di sekeliling kita; sampai-sampai kita tidak sadar telah terkena sihir itu di tengah-tengah fantasi kebutuhan hidup yang semakin menjulang tinggi dan fantastis.(Benny Benke-41)

Tidak ada komentar: