Sabtu, 09 Februari 2008

Slank

Bincang Bincang. Minggu, 23 Februari 2003

Slank: Kami Ini kayak Inul Aja


PADA suatu petang di Gang Potlot Duren Tiga Pancoran, Jakarta Selatan, Suara Merdeka bertemu dengan kelompok band yang telah beberapa kali gonta-ganti personel namun semakin dicintai penggemarnya itu kini digawangi oleh Akhadi Wira Satriaji atau Kaka (vokal), Bimo Setiwan Almachzumi atau Bimbim (Drum), Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho (Gitar), Ivan Kurniawan Arifin (Bas) dan Abde Negara alias Abdee (Gitar).


Apa yang diperbincangkan? Grup band yang telah menghasilkan sepuluh album dan melakukan konser di berbagai pulau di Nusantara ini bercerita tentang perjalanan karier, totalitas bermusik, dan ketergantungan pada NAPZA. Mereka juga memaparkan segala romantika yang terjadi saat mempersiapkan ''Konser 3 Dimensi'' di Plennary Hall JCC, 28 Februari mendatang.
Apa komentar mereka tentang perang? Berikut petikan wawancaranya.


Mengapa mengambil tema Stop War?


Bim Bim: War itu di mata gue bukan hanya perang-perang secara fisik seperti perang Iran-Irak. Akan tetapi banyak juga perang-perang lain yang mesti diperangi. Garis besarnya bukan hanya masalah perang yang akan dan sudah terjadi di dunia ini yang kami angkat. Stop War bisa juga hanya dalam skala nasional seperti perang antarkampung, antarsekolah, antarpartai politik dan lain-lain.


Tema itu akan disampaikan lewat lirik-lirik lagu yang akan dibawakan? Atau ada upaya lain untuk mewujudkan gagasan itu?


Kaka: Ya, paling hanya melalui imbauan kepada penikmat konser kami. Bisa juga lewat pesan-pesan perdamaian yang kami sisipkan di lagu. Semua itu kan sudah terangkum dalam album kami; Piss.


Mengapa melibatkan Nicky Astria pada jalur Rock, Syaharani pada Jazz dan Kristina pada dangdut? Apakah karena mereka merupakan ikon musik masa kini?
Bimbim: Nicky memang oke! Kemampuannya di dunia rock sudah tidak bisa diragukan lagi. Syaharani, selain cantik, dia merupakan bintang baru dan penyanyi yang mempunyai kemampuan vokal bagus.
Kaka: Pilihan pada Syaharani mungkin lebih besar pada kebutuhan lagu blues yang harus dinyanyikan oleh penyanyi cewek. Pada mulanya kami memilih Reza. Dia berhalangan. Soal Kristina, dia oke juga.
Mengapa melibatkan Tya Subiakto dan 60 musikus cewek?
Bimbim: Kebetulan tiga bintang pendukung konser kami perempuan. Jadi kenapa nggak sekalian kami libatkan perempuan yang menguasai orkestra. Dan kebetulan juga yang ngurusi pementasan ini kan juga perempuan.
Kenapa nggak sekalian aja penontonnya khusus perempuan?
(Semua personel Slank tertawa). Kaka: Tadinya sempat kepikiran semacam itu. Semua penonton laki-laki harus mengenakan pakaian perempuan sekaligus merayakan valentine.
Lalu bagaimana konsep pementasan kali ini?
Bimbim: Boleh dibilang inilah konser Slank yang paling tertata. Panggungnya pun ada tiga dengan berbagai ukuran sesuai dengan segmen musik yang kami mainkan.
Kaka: Ya, background-nya pun akan berubah sesuai dengan pergantian musik yang kami bawakan. Intinya, konser kali ini juga akan didukung oleh kemampuan teknologi. Tata lampu akan mendukung totalitas kami. Insya Allah semua akan berjalan dengan baik. Tidak sebagaimana kemarin. Karena kemarin kan tester dari TV 7 belum memiliki pengalaman yang seimbang dengan stasiun swasta lain. Kebetulan yang di ancol itu itu kan first time dari TV 7 yang belum mempunyai pengalaman siaran live.
Harga tiket kalian melangit. Bagaimana kalau para slanker memaksakan diri untuk masuk ke tempat konser? Selama ini kan Slank identik dengan kalangan muda cekak?
Bimbim: Kami punya kebijakan dalam setahun dua kali Slank mengadakan konser gratis untuk para Slanker. Ya, untuk kali ini kami hanya ingin ''meracuni' para eksekutif dengan virus Slank. Kalau tidak Slank yang meracuni, siapa lagi yang mau peduli? Lagi pula kami mempunyai satuan petugas yang terdiri atas para Slanker. Mereka akan membantu mengamankan konser.
Sekarang kita berbicara tentang musik. Apakah virus musik memengaruhi kehidupan kalian?
Bimbim: Kami semua ini partner in crime. Kami ini kayak sebuah keluarga yang sudah tidak menggantungkan hidup ke mana-mana dan memikirkan apa-apa lagi kecuali musik. Jadi otak, pikiran, dan tenaga kami hanya untuk musik.
Kaka: Kami ini kayak Inul aja. Dia goyang karena dia suka. Nggak peduli pada berbagai suara sumbang yang hendak menghentikan goyangannya. Mau dikritik, diomelin, ditegur,... kalau gue demen goyang gimana?!
Pilihan dan kesadaran untuk terjun total ke dunia musik apakah muncul sejak dini?
Bimbim: Ya. Cita-cita kan cuma ada beberapa. Jadi jenderal, insinyur, pilot, dan dokter. Kami ini orang-orang nekat yang tidak disukai oleh lingkungan. Kami bertahan sendiri. Kami survive untuk kesenangan. Tapi sekarang alhamdulillah karena kami serius, Tuhan ngasih jalan dan bukain pintu. Sekarang anak-anak kecil cita-citanya bertambah; bisa bilang gue mau jadi Slank.
Apakah syair-syair lagu Slank efektif bagi para penikmat?
Bimbim: Kekuatan paling dahsyat dalam seni, gue rasa adalah musik! Apalagi liriknya. Dengan musik Kaka dapat istri lagi. Gue banyak ngrayu perempuan karena lagu. Ya nggak? Musik juga bisa mengubah pikiran manusia.
Kaka: Di album pertama ada lagu bertajuk ''Memang''. Lewat lagu itu kami mengajak para pendengar untuk bersikap sebagaimana dirinya sendiri, sehingga timbul kepercayaan diri. Yang gue punya ini, jadi jangan lu paksa untuk mengenakan sesuatu yang nggak gue punya. Bukan berarti gue memakai baju rombeng dan rambut gondrong berarti gue kriminal. Ini cuman ekspresi gue dan ini yang gue punya. Lagu ini pengaruhnya lumayan banget lo...
Bimbim: Lagu itu menimbukan kepercayaan diri yang lumayan, terutama di kalangan grass root.
Slank telah melakukan perubahan dan perombakan berulang-ulang namun tetap eksis. Apakah formasi ini akan langgeng?
Ridho: Kalau menurut pendapatku, tim ini paling asyik. Kami bisa saling memback up. Saling mengisi. Lagi pula kemampuan aku dirangsang, karena di Slank ada dua gitaris, aku dan Abdee. Jadi buat aku pribadi, kelompok ini memang harus bisa berbagi. Waktu lima tahun adalah saat yang lama. Jadi asyiklah.
Bimbim: Kami memang pernah diramal akan rubuh ketika terjadi perubahan formasi dari album keenam ke album ketujuh. Tapi nyatanya kami semakin besar, meski tidak pernah merasa besar. Padahal kami telah meniti ulang dari nol kembali. Bahkan harga kaset telah kami turunkan.
Ridho: Mungkin ketakutan kami karena pencinta Slank lebih berpijak pada formasi lama, tapi alhamdullilah semua berjalan dengan baik.
Mengutip pernyataan Bimbim; kalau orang sedang pacaran, keberadaan Slank saat ini adalah sedang mesra-mesranya. Ada kiat menjaga kemesraan itu? Terus bagaimana jika udah nggak mesra lagi?
Kaka dan Ivan: Alhamdulillah kami tambah mesra saja.
Bimbim: Ya itu tadi, kami seperti keluarga. Malem berantem, pagi sudah satu meja makan.
Kaka: Jangan pernah menganggap ini sebuah kelompok, organisasi, atau sebuah genk tapi ini adalah sebuah keluarga. Jadi segala sesuatu dihadapi dengan luwes, brother kakak adik, termasuk ketika kita membicarakan musik.
Kalau di dunia teater ada adagium sutradara adalah tuhan, sutradara mati, maka aktor dan pendukung lainnya juga mati. Terus bagaimana dengan konteks Slank yang notabene motornya adalah Bimbim dan Kaka, apakah kalau Bimbim dan Kaka mati, Slank juga mati?
Ridho: Memang mereka berdua yang memulai dan membentuk karakter Slank. Buat aku itu nggak masalah. Yang jelas aku harus berbuat yang terbagus aja. Memang mereka lebih lama.
Bimbim: Live goes on aja dah...Lagian kita kan open mind.
Kaka: Mungkin karena memang lirik yang membuat aku dan Bimbim seolah-olah Slank adalah Kaka dan Bimbim. Musiknya yang nggarap barengan. Jadi kayak kapal selem aja. Ada nakhoda yang ngejalanin mesin dan lain-lain. Kami bekerja sesuai dengan mekanisme masing-masing. Selain itu kan kami belajar dari pengalaman yang sudah-sudah.
Ridho: Kalau ngebentuk lagi nggak masalah. Siapa pun sutradaranya selama bisa jalan Slank akan tetap berjalan. Kami sudah seperti mekanisme tubuh manusia aja. Ya, misal Ivan kakinya luka, yang lain juga merasa terluka.
Kaka: Ya, filosofinya kayak mafia. Misalnya salah satu dilukai atau hanya diledek sekali pun, maka keluarganya akan membela.
Bimbim: Kalau perlu kami bren kafe sang musuh
Lantas bagaimana ceritanya bisa lepas dari jerat narkoba?
Kaka: Bunda Iffet lah yang sangat berperan. Beliau selalu mengajak kami kembali ke jalan yang benar.
Bimbim: Saya rasa semua junkies ingin lepas dari jerat narkoba. Hanya, terkadang mereka tidak mempunyai keberanian untuk melawan. Kalau nggak ada Bunda mungkin kami jadi penakut terus. Jadi yang terjadi setelah sekian lama, akhirnya bukan kami yang ninggalin drugs, tetapi drugs-nya yang ninggalin kami. Kami sih tetep Slank aja.
Ivan: Bunda itu seperti... apa ya... Pokoknya kalau kami lepas dari jalur, beliaulah yang mengembalikan kami ke tempat semestinya. (Benny Benke-72t)

Tidak ada komentar: