Selasa, 26 Februari 2008

Rumah Pondok Indah

Kamis, 23 Februari 2006. BUDAYA
Film ''Rumah Pondok Indah''
Tak Seseram Kisah Aslinya
KISAH dari mulut ke mulut yang berkembang di masyarakat Jakarta dan sekitarnya perihal keangkeran sebuah rumah di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, sudah lama terdengar. Antara kebenaran dan fiksi dalam kisah itu pun menjadi perdebatan publik yang tak berkesudahan. Berdasarkan kisah itu, Indika Entertainment memproduksi sebuah film horor berjudul Rumah Pondok Indah (RPI). Film tersebut akan beredar di bioksop mulai Kamis (23/2) ini. Apakah kisah horor yang disajikan dalam film garapan sutradara Irwan Siregar berdasarkan skenario Faldin Martha ini mampu membuat penonton tercekam? Setelah menyaksikan pemutaran perdana film tersebut di Pondok Indah Mall, Selasa (21/2) lalu, sejumlah penonton menganggap kisahnya tidak seseram kisah-kisah yang beredar di masyarakat. Sebagaimana judulnya, seting film ini sebuah rumah angker di kawasan Pondok Indah. Dikisahkan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak mengontrak rumah tersebut. Suatu ketika si anak yang sedang bermain sendiri di rumah menyaksikan patung yang meneteskan air mata darah. Saking kagetnya si anak pun menumpahkan minumannya, dan minuman tersebut mengenai kabel listrik yang mengandung setrum didekatnya. Mengetahui anaknya tersetrum dan tidak sadarkan diri, kedua orang tuanya panik. Tanpa berpikir panjang dibawalah anak itu ke rumah sakit, namun baru saja keluar dari depan rumah, sebuah metromini menghantam mobil mereka. Satu keluarga pun tewas seketika. Selanjutnya. Keluarga baru yang membeli rumah itu datang menempati. Mereka adalah Firda (Chintami Atmanegara). Dia membawa kedua anaknya, Elsie (Asha Shara) dan Ian (Ricky Harun). Ketiganya lalu di-teror Maya, hantu penunggu rumah tersebut. Dramatisasi. Menurut Shanker RS, produser Indika Entertainment, pembuatan film Rumah Pondok Indah telah melalui proses investigasi yang mendalam. ''Tujuhpuluh lima persen kisah dalam film ini real, sisanya dramatisasi,'' jelas Shanker, didampingi pemeran utama Chintami Atmanegara, Arswendi Nasution, Asha Shara dan Titi Qadarsih. Tujuhpuluh lima persen kisah nyata itu misalnya mengenai hilangnya penjual nasi goreng yang konon masuk ke rumah hantu itu dan pembantaian seluruh keluarga penghuni rumah itu yang sampai sekarang belum terkuak motifnya. Selain itu, matinya seluruh anggota keluarga yang pernah mengontrak rumah itu dan berbagai versi menyeramkan lainnya. Anjloknya harga rumah mewah yang sebenarnya mencapai Rp 5 milliar menjadi hanya Rp 50 juta pun dikisahkan dalam film ini. ''Meski untuk versi filmnya kami tuliskan Rp 500 juta,'' kata Shanker yang mengaku lima tahun lalu ditawari rumah hantu tersebut seharga Rp 50 juta. Memang, dalam film berdurasi 90 menit ini keinginan untuk mendapatkan efek berdiri bulu kuduk harus ditunda. Apalagi, idiom-idiom kengerian yang disajikan tidak ada yang baru. Tengoklah adegan ketika Elsie (Asha Shara) melayang di atas tempat tidur dalam keadaan telentang tak sadarkan diri. Ini mengingatkan penonton pada adegan film The Exorcist yang melegenda itu. Berbeda dengan film Jalangkung yang menghadirkan kengerian lewat idiom-idiom baru dengan teknik-teknik kejut yang orisinal dan mencekam. Yang ada dalam Rumah Pondok Indah hanyalah horor yang tawar dan tidak menakutkan. (Benny Benke-43)