Senin, 11 Februari 2008

Laskar Cinta, Dewa

Selasa, 23 Nopember 2004. BUDAYA

"Laskar Cinta" Laskar Komputer

MENUTUP tahun 2004, grup band Dewa membuat sebuah tanda lewat album teranyar berbandrol Laskar Cinta. Berbeda 180 derajat dari album terakhir Cintailah Cinta (2002), album baru yang mengoleksi 12 tembang ini mengusung semangat baru dalam bermusik. "Dengan me-mix retro musik dan rock masa kini sebagaimana yang dilakukan Linkin Park, kami memformulasikan Laskar Cinta," terang Dhani Ahmad, motor Dewa, di Avenue, Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, kemarin.

Didampingi punggawa Dewa lainnya seperti Once (vokal), Andra (gitar), Tyo Nugros (drum), dan Yuke (bas), Dhani menandaskan bahwa pencapaian bermusik Dewa lewat album ini adalah yang terbaik dibandingkan album-album mereka sebelumnya. "Permainan bermusik rock kami dalam album ini adalah yang paling tinggi," imbuhnya. Seberkualitas apakah musik Dewa sehingga mereka mempunyai keberanian mengklaim permainan bermusik rock mereka mumpuni dalam album yang disokong bendera Aquarius ini? "Computerized," kata Dhani.

Ya, dengan mengandalkan kecanggihan perangkat komputer yang banyak memberi kemudahan terhadap proses penciptaan sebuah tembang, Dewa memang berikhtiar menyajikan sesuatu yang anyar bagi para pendengarnya, "Namun, meskipun demikian lirik kami tidak ngepop-ngepop amat," imbuh suami Maia Ratu ini. "Bahkan kami memasukkan lirik-lirik idealis yang teramat sangat tidak komersial," imbuh Once yang turut menciptakan sebuah tembang.

Tak Main-main

Sebagai sebuah grup band yang terlahir dari sebuah musik terlebih dahulu baru kemudian liriknya mengikuti, "perjudian" Dewa dalam Laskar Cinta memang tidak main-main. Mereka yang biasanya memainkan beat-beat manis dan sedikit progresif serta sudah terlanjur akrab di telinga pendengarnya, melakukan perubahan warna musik memang bukan tanpa risiko.

"Kami telah bermusik selama 12 tahun meski terkadang (semangat bermusik) agak kendor, namun justru lewat album baru yang mengemban semangat baru dalam bermusik inilah kami menemukan spirit anyar bermain musik rock," terang Dhani. Meski tidak semua musik yang membalut lirik-lirik protes sosial dan dipadukan dengan nuansa cinta ala Dewa, diselimuti musik rock ala komputer. Mereka tetap berharap album yang peredarannya didukung secara penuh oleh "LA Lights 100% Musik" ini tetap mendapat tanggapan positif oleh kalayak ramai.

"Tema-tema dalam album ini memang 'dalam', namun demikian cukup 'menjual'," imbuhnya berpromosi. Sanggupkah musik rock rasa komputer ala Dewa yang berikhtiar menebarkan virus-virus cinta kepada anak-anak muda ini dapat diterima segala lapisan intelektual sebagaimana harapan Dewa? Beat-beat dalam tembang "Pangeran Cinta", "Cinta Gila", "Atas Nama Cinta" dan beberapa judul puitis lainnya akan menjawabnya. (Benny Benke-81)

Tidak ada komentar: