Senin, 11 Februari 2008

FFI

Minggu, 12 Desember 2004. NASIONAL

Tora dan Dian Sastrowardoyo Pemeran Utama Terbaik
"Ini Festival Film atau Televisi?"

KENDURI besar orang-orang film semalam berlangsung cukup semarak. Meskipun tak penuh benar, Hall Rama Shinta Taman Impian Jaya Ancol yang menjadi tempat berlangsungnya Malam Penganugerahan FFI 2004 memberi tengara bahwa kita merindukan suasana seperti yang kali terakhir berlangsung tahun 1992. Selain itu, perhelatan itu memberi penegasan bahwa kita sangat berharap kebangkitan perfilman nasional.

Sisi menarik pada perhelatan itu adalah berkumpulnya orang-orang film dari beberapa generasi. Paling tidak itu terlihat pada mereka yang datang. Ada aktris tua seperti Mieke Wijaya, atau Ida Kusuma. Lalu Deddy Mizwar, Didi Petet, Ray Sahetapy hingga yang muda-muda seperti Nicholas Saputra atau Dian Sastro, hingga aktor yang masih cukup belia seperti Rifat Sungkar. Di antara mereka bahkan terlihat sangat akrab. Lihat misalnya aktor kawakan Didi Petet yang selalu terlihat bercakap-cakap di sela-sela acara dengan Nicholas Saputra.

Sekadar informasi, Presiden SBY yang dijadwalkan hadir ke acara itu, berhalangan karena kabarnya masih di Pulau Alor. Dari pihak pemerintah, paling tidak datang Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Perhelatan dibuka pada pukul 21.00 dan ditayangkan secara langsung oleh Indosiar. Tia AFI membuka acara dengan lantunan lagu "Citra". Selanjutnya secara bersusulan pembacaan nominasi sekaligus pemenang, baik untuk kategori Film Bioskop maupun Film Televisi.

Antusiasme menyambut FFI 2004 juga dibuktikan dengan kedatangan para pecinta film ke arena acara. Sebelum acara dimulai, mereka bergerombol pada setiap lorong menuju Hall Rama Shinta. Setiap ada artis, baik yang masuk sebagai nominee atau tidak, histeria kecil selalu tercipta. Mereka hampir selalu meneriakkan nama artis yang sedang berjalan dan mengambil gambar mereka dengan ponsel berkamera.

Singkatnya, banyak yang berharap pada ajang puncak prestasi orang-orang film itu. Dengar saja komentar budayawan dan wartawan senior Rosihan Anwar yang hadir ke acara. "Saya rindu ada festival ini. Semoga ini era baru perfilman kita."

Kekecewaan

Sangat wajar ada harapan yang besar pada kebangkitan perfilman Indonesia. Dan itu yang coba dibuktikan oleh FFI 2004. Sayangnya, perhelatan seakbar semalam melahirkan pula kekecewaan di kalangan sineas. Apa pasal? Waktu dua jam tayangan langsung Indosiar -minus jeda iklan- membuat panitia tak bisa menayangkan semua pembacaan. Bahkan penerima penghargaan pun hanya bisa memberi sambutan sekitar 30 detik.

Kenyataan itu meminta korban beberapa penghargaan yang oleh kalangan sineas dianggap sebagai aspek penting dalam dunia perfilman, antara lain Sinematografi Terbaik, Skenario Terbaik, dan Editing Terbaik. Penerimaan penghargaan untuk ketiga kategori itu hanya bisa disaksikan orang yang hadir di lokasi acara dan tak bisa dinikmati penonton televisi. Ironisnya, beberapa penghargaan untuk film televisi ditayangkan secara langsung. Dengan tajuk FFI, seolah-olah ada pertanyaan besar dari para sienas: Ini festival film atau televisi?

Kecewaan para sineas itu tak main-main bahkan diserukan secara langsung di panggung. Sineas pertama yang melontarkan itu adalah Riri Reza. Bersama Prima Rusdi yang tak hadir, Riri menerima penghargaan sebagai Penulis Skenario Terbaik untuk film Eliana, Eliana. "Ini bukti bahwa film telah direbut oleh kebohongan televisi." Singkat, tapi pedas.

Lontaran kekecewaan juga ditekankan di mimbar penghargaan oleh Nia Dinata ketika ia ke mimbar untuk menerima Piala Citra Pemeran Pendukung Wanita untuk Rachel Maryam yang tak hadir. Dia bilang, kategori-kategori yang di-off-air-kan itu sangat penting bagi film. Ketika ditemui di balik panggung, ia menandaskan, "Saya sedih sekali. Kecewa. Penonton kan perlu tahu siapa penulis skenario sebuah film misalnya."

Kekecewaan itu sempat berusaha "diredam" oleh pembawa acara Dede Yusuf dan Dian Nitami. Apakah itu kesalahan Indosiar selaku penayang siaran? Manajer Program Indosiar Triandi Budiman menyatakan kesalahan fatal itu terletak pada panitia pelaksana. "Siapa-siapa yang harus ditayangkan bukan tanggung jawab Indosiar. Itu urusan panitia. Dengan kerja 1,5 bulan tapi bisa terselenggara, saya pikir itu bagus."

Sampai selesainya acara, sayang sekali tak ada konfirmasi dari pantia.mengenai hal tersebut. Di luar itu, kesemarakan tetap tercipta terutama ketika Tora Sudiro dan Dian Sastrowardoyo didaulat menerima penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria dan Pemeran Utama Wanita. Apalagi keduanya cukup bersemangat ketika menerima piala.

Perlu ada catatan khusus terutama untuk Dian Sastro. Agaknya ia sadar dalam persoalan generasi perfilman. Nama Christine Hakim yang menjadi pesaingnya sempat disebut. "Ini piala untuk Mama, untuk semua nominee speerti Tante Christine dan Tante Jajang, juga teman saya Rachel Maryam."(Saroni Asikin,Benny Benke-78)

Kategori Film Bioskop
1. Kategori Film Terbaik; Arisan (PT Kalyana Shira Film).
2. Skenario Terbaik; Prima Rusdi dan Riri Riza (Eliana Eliana).
3. Sinematografi Terbaik; Ipung (Mengejar Matahari).
4. Penata Artistik Terbaik; Berthy Lindia Ibrahim (Marsinh).
5. Penyunting Terbaik : Dewi S Alibasyah (Arisan!).
6. Tata Suara Terbaik : Suhadi, Adityawarman S dan Satrio Budiono (Eliana Eliana).
7. Tata Musik Terbaik; Melly Goeslaw dan Anto Hoed (Ada Apa Dengan Cinta?).
8. Pemeran Utama Pria Terbaik; Tora Sudiro (Arisan!).
9. Pemeran Pendukung Pria Terbaik; Surya Saputra (Arisan!).
10. Pemeran Utama Wanita Terbaik; Dian Sastro Wardoyo (Ada Apa Dengan Cinta?).
11. Pemeran Pendukung Wanita Terbaik; Rachel Maryam (Arisan!).
12. Sutradara Terbaik; Rudi Sudjarwo (Ada Apa Dengan Cinta?).

Kategori Film Televisi:
1. Film Terbaik ; Sendal Bolong untuk Hamdani (PT Tripar Multivision Plus).
2. Penyutradaraan Terbaik ; Dedi Setiadi (Sendal Bolong untuk Hamdani).
3. Skenario Terbaik ; Prima Rusdi (Perayaan Besar).
4. Tata Videografi Terbaik ; Ical Tanjung (Perayaan Besar).
5. Editing Terbaik ; Sastha Sunu (Perayaan Besar).
6. Penata Suara Terbaik; Agus Lim (Sendal Bolong untuk Hamdani).
7. Penata Artistik Terbaik ; Ujang Jabo (Sendal Bolong untuk Hamdani).
8. Pemeran Pria Terbaik ; Epie Kusnandar (Sendal Bolong untuk Hamdani).
9. Pemeran Wanita Terbaik ; Ria Irawan (Sendal Bolong untuk Hamdani).


Penghargaan Khusus Aktor Masa Depan.
1. Rifat Sungkar (Doa Bilik Santri).
2. Ayushita WN (Bekisar Merah).
Film Dokumenter Terbaik; Student Movement in Indonesia (Tino Saroenggolo).
Penghargaan Khusus Dewan Juri untuk Film Dokumenter ; Erfan Agus Setiawan.
Kategori FIlm Pendek; Djedjak Darah "Surat Teruntuk Adinda" (M. Aprisiyanto).
Penghargaan Khusus Dewan Juri untuk Film Pendek; Ketok (Tintin Wulia).
Kritik Film; Bre Redana (Kami Merindukan Cinta / Kompas).
Penghargaan Khusus untuk Kesetiaan Profesi; Misbach Yusa Biran dan Nya' Abbas Acup (Almarhum).
Penhargaan Khusus untuk Film Penonton Terbanyak; Eiffel I'm in Love (Meraih lebih dari 3 juta penonton).
Penghargaan Khusu Njoo Han Siang; Untuk perusahaan film yang menggunakan jasa teknik dalam negeri. (Benny Benke/Saroni Asikin-78).

Tidak ada komentar: