Senin, 11 Februari 2008

Guangzhou Arts Troupe China

Rabu, 25 Agustus 2004. BUDAYA

Keceriaan dari Negeri China

UMUR memang boleh lanjut tapi tidak berarti kebahagian ikut sirna setelah masa muda ditinggalkan. Mungkin begitulah moto ''Guangzhou Arts Troupe China'' ketika menampilkan pertunjukannya di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Senin (23/8) malam. Betapa tidak, grup musik, tari tradisional, dan akrobat dari kota Guangzhou ini terdiri atas para pemain yang telah lanjut usia dan berumur 56 sampai 77 tahun.

Simaklah ketika Zhu Fengxian (56) selama 15 menit memamerkan akrobat memainkan tongkat sembari meliuk-liukkan tubuhnya. Bahkan di usianya yang lebih layak untuk menimang cucu di rumah itu, ia masih mampu melakukan gerakan stretching atau melempangkan kedua kaki di arena pertunjukan. Ya, penampilan rombongan kesenian dan hiburan yang sohor dan diperuntukkan bagi kalangan tua di daratan China ini, menjadi bagian dari Gedung Kesenian Jakarta International Festival (GKJIF) VII-2004.

Acara itu menampilkan para artis dari China, Amerika Serikat, Italia, Prancis, dan tuan rumah Indonesia. Dengan tema besar ''Kesenian untuk Persaudaraan yang Harmonis dan Perdamaian Dunia,'' hajad yang digelar 20 Agustus-5 September 2004 ini menggenapkan 17 tahun pengelolaan GKJ, Jakarta. Agenda tahunan yang mengiringi festival kesenian lainnya seperti Schouwburg Festival, Jakarta Anniversary Festival, Lomba Koreografi GKJ Award,dan Festival Teater Alternatif GKJ Award ini bertujuan untuk menghibur dan meningkatkan apresiasi kesenian masyarakat.

Bisnis Kesenian

Guangzhou Arts Troupe China sendiri didirikan oleh artis-artis seniman yang mencintai bisnis kesenian yang sehat dan positif. Di bawah pimpinan Rong Huaji, Tong Fugong, dan Fan Shengqi, mereka mengawali debut di Provinsi Huan sebelum memperoleh banyak penghargaan di daratan China. ''Kami memiliki prinsip yang sama, yakni kesatuan, kesetiaan, kesehatan, inisiatif, cinta pada negeri China, awet muda, dan mengikuti arah perkembangan budaya modern di China,'' terang Rong Huaji di atas panggung melalui penerjemah.

Cinta pada negeri China. Ya, kecintaan mereka terhadap Tanah Air mereka termaktub dalam setiap tembang yang mengiring hampir semua tarian yang mereka bawakan. Lihatlah ketika Sun Chunzi menembangkan '' I Love You Tiongkok'', ''My Motherland is Beijing'', dan ''The Beautiful Large Grassland''. Dan kecintaan mereka terhadap tumpah darahnya pun mereka apresiasikan pula ketika menembangkan secara solo lagu ''Bengawan Solo''. (Benny Benke-81)

Tidak ada komentar: