Rabu, 13 Februari 2008

Star Wars: Episode III - Revenge of the Sith,

Rabu, 18 Mei 2005. NASIONAL
Sindiran Politik dalam Dongeng Futuristik
Preview Film "Star Wars"


''IF you not with me, then you my enemy!'' Kalimat itu diucapkan dengan penuh keangkaramurkaan oleh Anakin Skywalker (Hayden Christensen) kepada gurunya Obi-Wan Kanobi (Ewan Mc Gregor), setelah sang guru Jedi itu bersikukuh untuk tetap berdiri pada posisi protagonis. Penolakan Obi-Wan untuk bersekutu dengan kekuatan kegelapan inilah yang memicu pertarungan hidup-mati antara Anakin, yang telah dibaiat menjadi Lord Darth Vader, dengan guru yang sebenarnya sangat dicintainya. Itulah tema sentral film Star Wars: Episode III - Revenge of the Sith, yang diyakini bakal menjadi film terakhir dari dongeng futuristik rekaan sutradara George Lucas. Episode kali ini tak hanya mengangkat tema klasik pertarungan antara kegelapan dan kebaikan, tetapi juga memuat berbagi sindiran politik dan kondisi dunia masa kini. Ucapan tokoh Anakin kepada Obi-Wan Kenobi diyakini mirip ancaman Presiden George Walker Bush terhadap musuh-musuhnya yang dianggap teroris. Episode terbaru Star Wars tersebut, Senin dan Selasa diputar perdana untuk kalangan terbatas di Jakarta, Bangkok, London dan sejumlah kota besar di Asia dan Eropa. Mulai hari ini akan diputar untuk umum di Eropa dan Asia, dan Kamis besok baru akan beredar di bioskop-bioskop Amerika. Persiapan peredaran film ini memang dirancang sangat baik. Diawali dengan preview di arena Festival Film Cannes, Prancis, Minggu (15/5) lalu. Dalam acara itu, seluruh bintang pendukung dihadirkan. Bahkan, termasuk sejumlah aktor berkostum stormtrooper, pasukan perang Kaisar Kegelapan, untuk mengawal George Lucas, Hayden Chistensen, Natalie Portman dan pemeran utama lainnya. Atraksi mereka mampu membangkitkan rasa penasaran bagi yang belum pernah nonton Star Wars, dan membuat para penggemar dongeng galaksi antah berantah itu untuk segera menyaksikan filmnya. Hindari Kematian . Keberpihakan Anakin, yang diramal bakal menjadi ''sang terpilih'', terhadap kekuatan kegelapan bukan tanpa sebab. Dalam sebuah mimpi, Istri Anakin, Senator Padme Amidala (Natalie Portman) tergambarkan bakal mati saat melahirkan. Takut kehilangan orang yang paling dicintainya, maka bersekutulah Anakin dengan kegelapan yang bakal memberinya kekuatan maha dahsyat. Dan, yang mampu memberikan kekuatan itu adalah Chancellor Palpatine (Ian McDiarmid), sang diktator dari Suku Sith. Berbekal harapan bakal memiliki kekuatan mahadahsyat, Anakin bermaksud membelokkan kematian yang bakal menghampiri istrinya. Namun, kematian tetap datang menjemput. Ironisnya, wanita itu mati di tangan Anakin sendiri. Kekaisaran Galaksi jatuh ke tangan Choncellor Palpatine. Selanjutnya, Anakin yang telah berubah wujud menjadi Lord Darth Vader bersama Palpatine memerintah Kekaisaran Kegelapan dengan tangan besi atas nama perdamaian. Visual Effect . Sebagai sebuah cerita panjang Star Wars: Episode III - Revenge of the Sith memang tidak berdiri sendiri. Karya monumental George Lucas itu dimulai sejak film perdana Stars Wars (1977), Star Wars II: The Empire Strike's Back (1980), dan Star Wars III: Return of the Jedi (1983). Belakangan trilogi dongeng futuristik itu diedarkan ulang menjadi Star Wars Episode IV, V dan VI. Hal itu dilakukan setelah Lucas meluncurkan presekuel Star Wars: Episode I - The Phantom Menace (1999), Star Wars: Episode II - Attack of the Clones. Presekuel ketiga kisahnya sangat terkait dengan kondisi dunia masa kini. Dialog-dialog yang sesak dengan sindiran-sindiran terhadap politisi yang dinarasikan lewat para anggota Dewan, bersliweran di sana-sini. ''Pada dasarnya dalam eposide ini, Stars Wars berkisah tentang orang baik yang dapat berubah menjadi jahat karena suatu sebab (politis),'' tutur George Lucas yang juga menulis skenario film tersebut. Lucas memang tidak main-main dengan misinya lewat serial legendaris ini. Konon, ambisi Chonsellor Palpatine untuk menegakkan kekuasaannya di seantero Galaksi, dengan dalih dan alasan menjaga perdamaian, menyindir kebijakan Presiden George Walker Bush ketika menyerbu Irak. Terlepas dari sejauh mana kebenaran sindiran itu, Stars Wars: Episode III - Revenge of the Sith, tetap menawarkan sesuatu kepada penikmatnya. Selain kisahnya yang universal, kekuatan Star Wars juga sangat didukung hasil kerja kru Industrial Lights Magic (ILM) dalam menggarap 2.200 adegan dengan teknik visual effect. Film ini terasa lebih megah dibanding Lord of The Rings. (Benny Benke, Hartono-43)

Tidak ada komentar: