Rabu, 13 Februari 2008

godfather of soul, James Brown.

Selasa, 08 Maret 2005. BUDAYA
Penutupan Java Jazz Festival 2005
Jazz dengan Interpretasi Sendiri

TIDAK ada yang lebih menggembirakan dan mengesankan perasaan hati selain bersemuka dan menyimak langsung aksi salah seorang legenda hidup musik dunia. Dan di Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF) 2005, hal itu tampaknya menjadi nyata. Simaklah ketika lebih dari 5.000 penonton setia musik jazz yang menyesaki Plenary Hall di Jakarta Convention Center (JCC), kemarin malam (6/3), histeris menyambut kemunculan kembali sang godfather of soul, James Brown. Kehadiran legenda hidup musik soul dan funk kelahiran 3 Mei 1933 di Macon, Georgia, Amerika Serikat ini sekaligus mempamungkasi JIJJF yang maraton bergulir sejak Jumat lalu. Meski Brown sudah semakin tampak renta di usianya yang ke-72, magnetnya untuk menghasut pencintanya untuk bergoyang masih liat. Simaklah betapa penikmat jazz ber-medley sembari berjingkrak dan berpekik ketika tembang "I Got You (I Feel Good)" yang dicomot dari album I Got You (I Feel Good) (1966) memulai intronya:

Whooooaaa!/I feel good/I knew that I would, now I feel good/ I knew that I would, now so good/So good/ I got you//. Whoooa! I feel nice/ Like sugar and spice/ I feel nice/ Like sugar and spice/ So nice / So nice/ I got you...//



Kemunculan Brown untuk kali kedua kemarin malam, setelah pada malam perdana JIJJF juga mendapat sambutan luar biasa itu, tampaknya menjadi klimaks yang melegakan siapa saja. Sang maestro yang dikenal sebagai pencetak rekor penjualan album terbesar kedua di dunia di belakang nama Elvis Presley ini benar-benar menunjukkan tajinya. Dengan dukungan nama besar dan kemampuan musikalitas yang sangat mapan, Brown yang pada masa mudanya sempat selama empat tahun menginap di hotel prodeo lantaran perampokan ini, menyuguhkan musik jazz dari hasil interpretasinya sendiri.
Definisi. Ya, sebagai salah seorang the most famous black artist, penerima Lifetime Achievement Award pada ajang Grammy Awards ke-34 (1992), Brown lah yang memadukan musik new rhythms dengan muatan lirik yang berhubungan dengan kondisi sosial dan politik, kemudian meredifinisikan ulang musik soul, gospel, dan black music tradisional menjadi musik anyar; funk. Dan musik funk, sebagaimana kita maklumi bersama adalah musik yang membuat seseorang akan bergerak bila mendengarnya. Dan sebagaimana definisi funk menurut penerima Lifetime Achievement Award dari Rhythm & Blues Foundation Pioneer Awards (1993) ini, ternyata tidak seserdehana yang kita sangka. "Memang, dengan tetap berdasar pada musik gospel dan jazz saya memainkan musik ini," paparnya dalam sebuah wawancara. Dan untuk itulah, imbuh Brown yang juga pernah terlibat sebagai cameo (peran selintas) dalam film The Blues Brother (John Belushi dan Dan Aykroyd) ini, dia bersyukur kepada Tuhan atas karunia kemampuan untuk memahami beat yang berbeda (dari kebanyakan orang). Masih menurut penyanyi kulit hitam paling berpengaruh di tahun 1970-an ini, pada dasarnya setiap orang mempunyai jiwa soul pula. "Everybody's got soul! Everybody doesn't have same culture to draw from. But everybody's got soul". Dan di atas panggung utama yang bermandikan cahaya nan cerlang, ketika waktu tepat menunjuk tengah malam, kakek Brown tak henti-hentinya berpekik dengan suara khasnya yang serak-serak kering: "Ini funk bung, ini funk...let's move on....". Sungguh, kesohoran dan kebesaran seorang James Brown yang dikenal diseantero dunia memang benar-benar membius siapa saja yang menikmati aksi panggungnya. Dan semua itu, kepopuleran yang bercampur legenda, tetap membuatnya tidak tinggi hati. "I'll never forget who I am, where I came from, where I am today, and who put me here: You". Dan tak henti-hentinya pula ia berterima kasih kepada publik penonton Jakarta yang senantiasa disapanya: "Beautiful audience, I love you..". Ribuan penonton pun, baik laki-laki maupun perempuan membalas salamnya dengan suara yang diserak-serakkan layaknya orang sedang sakit tenggorokan: "I loove you too..." (Benny Benke-81)

Tidak ada komentar: