Rabu, 13 Februari 2008

Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF) 2005

Minggu, 06 Maret 2005. NASIONAL
"Inilah Pesta Jazz yang Sesungguhnya..."

TIDAK ada kata yang lebih pantas untuk disematkan kepada penyelenggaraan Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF) 2005, selain kata luar biasa. Setelah pembukaan pada hari pertama Jumat (4/3) lalu, mendapat sambutan yang sangat antusias oleh masyarakat pencinta jazz Tanah Air. Pada hari kedua semalam (5/3), animo masyarakat semakin membludak saja. Betapa tidak, setelah disentak oleh aksi para legenda musik jazz dunia seperti George Duke dan The Godfather of Soul James Brown serta beberapa ikon penting lainnya. Semalam, giliran Deodato, Earth Wind & Fire Experience Feat Al Mckay All Star serta Incognito membius ribuan apresian yang menyesak di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC). Bahkan, sambutan luar biasa ini juga ditunjukkan di sepuluh arena atau hall lainnya yang menyuguhkan aksi dari para jazzer terkemuka Tanah Air dan mancanegara. Lihatlah, ketika JIJJF yang secara resmi saban harinya dimulai mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB senantiasa dijejali oleh penikmatnya. Sehingga tak syak, ajang yang digagas oleh berbagai elemen yang berikhtiar membangun kembali citra positif Indonesia di dunia internasional ini berlangsung tak ubahnya fiesta rakyat yang sesungguhnya. Lihatlah, betapa tampilan pemain jazz Tanah Air seperti Adjierao & Jendela Ide Kids Percussion, Aksan Sjuman Quartet, Andien, Bali Lounge and Gita Wiryawan, Bayu Wirawan Trio, Bertha & Friends, Bintang Indrianto & Sujiwo Tejo, Bubi Chen Quartet, Bunglon, Canizzaro Featuring Mus Mujiono, Cherokee, Clorophyl, CO-P, D'Band, DJ Glenn serta beberapa nama lainnya tetap mendapat sambutan yang sangat hangat dari penikmat jazz. Sebagaimana dituturkan promotor JIJJF Peter F Gonta, musik jazz yang kerap diidentikkan sebagai musik yang (cenderung) berat dan hanya diminati oleh kalangan tertentu, tampaknya telah mengalami pergeseran makna. Lihatlah penikmat JIJJF, dari remaja usia belasan hingga paruh baya tumplek blek di sebelas arena yang tersedia.(Benny Benke-78)

Tidak ada komentar: