Rabu, 13 Februari 2008

Panggung Pinggir Kali

Sabtu, 26 Februari 2005. BUDAYA
Panggung Pinggir Kali: Potret Buram Kaum Pinggiran
INILAH satu dari sekian banyak film nasional yang menyempal dari tema yang biasanya digarap: remaja metropolis. Berangkat dari skenario pemenang pertama Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Kompetitif 2004 yang diadakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, film Panggung Pinggir Kali (PPK) yang ditulis Djuli Ismail menyoroti potret buram kehidupam kaum pinggiran (urban) di Indonesia. Dan di bawah arahan H Uci Supra, PPK yang memasang artis dangdut Kristina sebagai aktris pendukung utama wanita bersama Agus Kuncoro sebagai pasangan mainnya, menawarkan sesuatu yang lain. Menjadi lain karena di tengah munculnya film seperti Brownies, 30 Hari Mencari Cinta, Eiffel Im In Love, Ada Apa Dengan Cinta, Tentang Dia atau Bangsal 13, PPK berada di wilayah "luar mainstream". Meski sebenarnya secara penceritaan, film yang diproduksi Pantap (panitia tetap) Film Kompetitif Budpar bekerja sama dengan PT Jatayu Cakrawala Film ini sungguh sangat dekat dengan realitas yang ada. Namun, kedekatan dari sebuah tema yang ada di masyarakat biasanya justru tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat penontonya sendiri. Kasus serupa telah terjadi terhadap beberapa film nasional yang berangkat dari kasus serupa. Tengoklah film Sorta, Surat untuk Bidadari, Bulan Tertusuk Ilalang, Cemeng 2005, serta 100% Sari. Hal yang sama terjadi juga pada beberapa judul film yang mendapat subsidi atau bantuan pemerintah, seperti Telegram dan Daun di Atas Bantal. Apakah kasus serupa, bagusnya sebuah film, dan sepinya apresiasi penonton akan terjadi terhadap film ber-genre drama sosial ini? "Ya, kami menyadari itu, apalagi jaringan bioskop di daerah banyak yang gulung tikar," papar Ady Surya Abdi, salah seorang anggota Pantap Film Kompetitif 2004. Kalaupun ada jaringan bioskop yang bertahan, tambah Ady, itupun jaringan bioskop 21 yang cenderung tidak terjangkau penonton kelas menengah ke bawah. Berbeda misalnya, dengan film-film yang membidik segmen penonton "putih abu-abu" yang biasanya justru cenderung akan meledak di pasaran. Mimpi Mapan. Panggung Pinggir Kali berkisah tentang persahabatan Maharani (Kristina) dengan Raisan (Agus Kuncoro). Perkawanan sejak kecil di antara keduanya berlanjut hingga remaja. Dan sebuah panggung di pinggir kali yang dibangun Rais untuk Rani menjadi media bagi mereka berdua untuk mengkhayalkan mimpi-mimpi mereka. "Suatu saat Rani ingin menjadi seorang biduan terkenal," harap Rani kepada Rais. "Dan jika pada saatnya Rani menjadi biduan, jangan pernah lupa pada kang Rais ya," harap Rais. Selanjutnya, mereka berdua pun berdendang, Rani berpura-pura menjadi biduan kecil dan Rais menjadi pengiringnya dengan ketipung. Semua peristiwa nan indah itu terjadi di sebuah panggung pinggir kali di sebuah desa. Hingga pada saatnya nasib memisahkan mereka. Rani yang mahir menyanyi mulai menjadi biduan kelas kampung dan pada akhirnya terdampar ke Jakarta, nyaris menjadi korban prostitusi terselubung. Sedangkan Rais menjadi pedagang kelontong keliling hingga akhirnya mampu mendirikan sebuah kios permanen di sebuah tempat di kota Jakarta. Rani yang akhirnya selamat dari jaringan prostitusi, bergabung dengan sekelompok penyanyi dangdut jalanan. Di film ini, akting Agus Kuncoro sangat menolong untuk menutupi akting Kristina yang terlalu datar dan naif. (Benny Benke-81)

Tidak ada komentar: