Rabu, 13 Februari 2008

Tejo JIJF 2005


Jumat, 04 Maret 2005. BUDAYA


Java Jazz Festival 2005
Sujiwo Tejo Kawinkan Jazz dan Wayang


Jakarta - Interpretasi musik jazz tampaknya semakin mengalami perluasan makna. Paling tidak, demikianlah yang dirasakan oleh Sujiwo Tejo. Musikus yang juga dikenal sebagai ''dalang edan'' ini menunjukkan perluasan interpretasi musik orang kulit hitam Amerika ini dengan caranya sendiri. Dia akan tampil sebagai pembuka Jakarta International Java Jazz Festival 2005 (JIJF) di Jakarta Convention Center, 4 Maret, mulai pukul 18.45. Tejo berkolaborasi dengan pemain bas Bintang Indrianto akan menyuguhkan jazz dalam nuansa yang lain. Betapa tidak, dengan melibatkan 47 artis dan musisi yang tergabung dalam Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), ditambah Hendri Lamiri (violin), Bang Sa'at (suling), dan Anton Seva (Kibor), Tejo akan mengemas penampilannya bagai sebuah reportoar teater. Dia tak hanya memboyong para penari ke panggung, tapi juga akan melibatkan pergelaran wayang dalam atraksi tersebut. Tiga dalang dari Solo pun dilibatkannya. ''Kami hanya mengikuti alur cerita dan musik yang dibalut dalam nuansa jazz ini ke atas sebuah pakeliran,'' tutur Nanang Hape, didampingi dua dalang lulusan STSI Surakarta, Sambowo dan Irwan. Lalu, tembang apakah yang dibawakan Tejo? ''Saya membesut tembang teranyar yang terangkum dalam album Syair Dunia Maya,'' tutur dia.
Dalam latihan di Jl Padang, Manggarai, Jakarta kemarin, tembang-tembang yang terangkum dalam album ketiganya, seperti ''Hujan'', ''Blakothang'', ''Panakawan dan Saya', ''Dewi Ruci'', ''Syair Dunia Maya'', dan ''Zen-Die'' disulap oleh Bintang Indrianto menjadi bernuansa jazz. Ketika ketukan jazz yang dibarengai dengan pekikan Tejo melengking, para tokoh Punakawan seperti Bagong, Gareng, Petruk dan Semar berdendang dari balik layar. Selain melibatkan pertunjukan wayang, pentas jazz yang tergolong unik ini juga menyertakan penyanyi anak-anak seperti Nala Amrytha dan paduan suara anak-anak Bintang Melodia. ''Musik di Indonesia itu sebenarnya sangat kaya. Ia tidak hanya mampu menggabungkan nada pentatonik dan diatonik dalam sebuah nuansa yang mistis, namun ia di atas interpretasi pengertian musik Barat, bahkan jazz sekalipun,'' kata Tejo yang juga memainkan saksofon, terompet, trombone dan perkusi. (G20-63)

Tidak ada komentar: