Rabu, 13 Februari 2008

I La Galigo

Jumat, 08 Juli 2005. BUDAYA
"I La Galigo" Siap Guncang New York
JAKARTA-I La Galigo, lakon 12 babak yang memadukan teater, tari, musik, dan puisi yang disutradarai Robert Wilson, salah seorang sutradara papan atas dunia dari AS, bersiap memenuhi rasa ingin tahu publik dunia di Lincoln Center, New York, AS, 13-16 Juli 2005. Sebelumnya pentas tersebut menghenyakkan panggung Esplanade Theatre Singapura, Maret 2004, dan menjadi perhatian publik dunia dalam tur keliling Eropa, yakni di Spanyol, Italia, Prancis, dan Belanda. "Di tengah berbagai krisis ekonomi, politik, dan olahraga, lagi-lagi kebudayaan menjadi penyelamat muka bangsa di dunia Internasional," ujar Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, di Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat, Jakarta, kemarin.
Kegembiraan Jero Wacik beralasan. Lakon I La Galigo beranjak dari naskah Sureg Galigo sepanjang 6.000 halaman dengan aksara Bugis klasik yang ditulis antara abad XIV-XVII. Ini merupakan lakon pertama dari Nusantara yang dipentaskan dalam bentuk teater dan dipertontonkan di gedung-gedung pertunjukan terhormat di dunia. "Dan sambutan masyarakat kesenian dunia terhadap lakon yang dimainkan oleh 60 seniman asli dari Indonesia ini sangat antusias sekali," papar Restu Imansari Kusumaningrum, penggagas megaproyek yang telah bergulir selama lima tahun ini. Antusiasme itu paling tidak, menurut Restu yang melibatkan Yayasan Bali Purnati dan Change Performance Arts Italia sebagai produser, terlihat dari tiket yang terjual habis. Sastra Terpanjang. I La Galigo yang oleh para ahli didudukkan sebagai sastra terpanjang di dunia dengan syair lebih dari 300.000 baris ini, oleh Robert Wilson dipepatkan dalam sebuah pertunjukan berdurasi empat jam. Sebagai perbandingan, Epos Mahabarata berjumlah 160.000-200.000 baris. Dan dengan memasang para pelakon dari Irian Jaya, Bali, Makassar, Padang, dan Jakarta serta melibatkan Rahayu Supanggah sebagai music director-nya serta BIN House (Obin) sebagai penata kostum, jadilah I La Galigo suatu pertunjukan yang utuh. Proses latihannya memakan waktu kurang lebih tiga tahun. "Di Lincoln Center, tiket I La Galigo dijual mulai 25 sampai 150 dolar AS, dan ini merupakan pertunjukan dengan harga tiket termahal di antara pertunjukan-pertunjukan lainnya," papar Restu. Dan berkah dari suksesnya I La Galigo melakukan tur Eropa membuat Rahayu Supanggah selaku komposer, dipercaya untuk bermain secara terpisah di salah satu arena kompleks kesenian Lincoln Center pada 17 Juli 2005, dengan membawakan komposisi Sounds of Beginning. Setelah sukses melakukan tur Eropa dan Amerika, menurut rencana atas dukungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, I La Galigo akan dipentaskan di Balai Kartini, Jakarta akhir Desember 2005 ini. "Selanjutnya, dengan melakukan restaging (penataan ulang pemanggungan), kami akan mempertontonkan I La Galigo ditempat terbuka di Bali dan Makassar, Mei 2006," tandas Restu. (G20-45)

Tidak ada komentar: