Selasa, 05 Februari 2008

Suara Pembaruan Daily

SUARA PEMBARUAN DAILY
Puluhan Piala Citra Berakhir di Kardus Air Mineral


Beberapa Piala Citra yang dikembalikan, hanya disimpan di kardus air dalam kemasan, di antaranya Piala Citra Aktris Terbaik FFI 2005 yang dimenangkan Dian Sastrowardoyo. uluhan Piala Citra tergeletak di lantai dingin salah satu ruang Sinematek Indonesia, di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta, pada Senin (15/1) sore. Beralas kardus bekas kemasan air mineral gelas, piala-piala tersebut tergeletak pasrah menunggu penanganan selanjutnya. Di antara tumpukan piala itu tampak salah satu Piala Citra Aktris Terbaik, Festival Film Indonesia (FFI) Tahun 2004, yang diperoleh Dian Sastrowardoyo atas kepiawaiannya berakting dalam film Ada Apa dengan Cinta, menumpuk di deretan piala-piala tak bertuan tersebut. Di sampingnya, nyaris dengan posisi yang sama tampak Piala Citra Skenario Cerita Asli Terbaik FFI 2005 yang diperoleh Musfar Yasin dalam film Ketika. Dan tak jauh dari tumpukan Piala Citra tersebut menyembul Piala Nyao Han Siang, FFI 2004 milik Mira Lesmana. Menurut salah seorang staf Sinematek, Nia, piala-piala tersebut telah berada di Sinematek pada hari yang sama ketika piala-piala tersebut dikembalikan oleh Masyarakat Film Indonesia (MFI) kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir Jero Wacik, SE di Gedung Sapta Pesona, Jakarta. "Piala itu berada di sini sejak Selasa (9/1) lalu, setelah MFI mengembalikan kepada pak menteri. Kebetulan dalam acara serah terima itu Ketua Sinematek, Drs Adi Pranajaya juga hadir. Jadi usai acara tersebut bapak sekalian membawa piala itu ke Sinematek," katanya kepada Pembaruan. Nia mengatakan, rencananya puluhan piala itu akan disimpan dalam sebuah lemari kaca yang akan dipajang di salah satu ruangan Sinematek Indonesia. Tujuannya agar masyarakat bisa melihat dan mengenang apa yang pernah terjadi dalam sejarah film Indonesia. "Biar masyarakat bisa melihat Piala Citra yang telah dikembalikan oleh pemiliknya itu, dan mengenang peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah film Indonesia ini," imbuhnya. Saat ini, jelas Nia, rencana untuk menyimpan piala-piala itu dalam lemari kaca masih harus menunggu beberapa waktu. Pasalnya pembuatan piala kaca tersebut masih dalam proses perencanaan desain dan biaya. "Yang jelas kalau disimpan di Sinematek maka piala-piala itu akan dirawat setiap hari dan tidak asal disimpan," ujarnya. Wartawan Kecewa
Sementara itu, kekisruhan yang terjadi antara MFI dengan panitia dan dewan juri FFI juga berbuntut pada kekecewaan para wartawan yang meliput bidang Film. Pasalnya, salah satu anggota MFI, Abduh Aziz dalam sebuah dialog yang diselenggarakan salah satu stasiun televisi swasta mengeluarkan pernyataan yang dinilai telah menyinggung profesi wartawan yang meliput bidang ini. "Dalam dialog Bincang Bintang di RCTI, salah satu Dewan Juri FFI 2006, Remi Silado menyatakan kekecewaannya karena merasa MFI telah menilai Dewan Juri FFI 2006 itu goblok dalam memberikan penilaian. Pernyatan Remi itu dibantah oleh Abduh, tapi dalam pembelaannya ternyata Abduh malah menyalahkan wartawan dengan mengatakan bahwa, penilaian tersebut muncul karena wartawan yang mengutip berita mengenai kekisruhan FFI itu tidak paham etika jurnalistik," kata Kordinator Wartawan Film Indonesia, Benny Benke. Untuk itu, kata Benny, Wartawan Film Indonesia dan didukung oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya Seksi Film dan Budaya menuntut MFI, khususnya Abduh untuk segera mencabut pernyataannya tersebut. Dan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat melalui media massa. Ketika dihubungi Pembaruan, Juru Bicara MFI, Riri Riza mengaku tidak mengetahui permasalahan tersebut. "Saya belum tahu kalau ada masalah ini. Nanti saja kita lihat bagaimana jadinya," tandas Riri. [Yumeldasari Chaniago.

Tidak ada komentar: