Selasa, 05 Februari 2008

Bukan Bintang Biasa

Rabu, 25 Juli 2007 BUDAYA

Penyempitan Makna Dunia Remaja
Oleh Benny Benke

DUNIA remaja dengan segala dinamikanya seakan menjadi aras ide yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dikuak menjadi bahan cerita. Dalam film Bukan Bintang Biasa (BBB) yang disutradarai Lasja Faiza (Dunia Mereka dan Lovely Luna), dunia remaja yang sangat Jakarta sentris itu bahkan dihantarkan dengan rumusan klisenya.

Yaitu dunia remaja yang bergandengan erat dengan konflik percintaannya yang mendekatkan kehidupan serba wah dengan segala kemewahannya. Dunia remaja disempitkan pemaknaannya.

Tengoklah ketika hamburan pencitraan yang menyimbolkan kemewahan dijejalkan dalam kehidupan para remaja itu. Lima tokoh utama yang terdiri atas Laudya Chyntia Bella, Raffy Ahmad, Ayushita Nugraha, Dimas Beck, dan Chelsea Olivia yang memerankan lakon dengan namanya sendiri, nyaris tidak bersentuhan dengan realitas keseharian.

Sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di sebuah kampus seni antah berantah, kemewahan secara tidak langsung harus disyaratkan dalam kehidupan mereka.

Pamer kekayaan yang dipertontonkan Dimas Beck yang pergi ke kampus dengan mobil Morris Retro, Raffi dengan BMW Z3, Barry dengan Mazda RX-8, serta Mami Raffy (Chintami Atmanegara) yang kemana-mana dengan Jaguar teranyarnya, seolah mengejek realitas keseharian.

Lina, Titien Wattimena, dan Melly Goeslaw selaku penulis naskah, tampaknya ingin menghadirkan mimpi ideal mereka tentang laku kehidupan para mahasiswa seni seharusnya. Hasilnya, film yang original soundtrack-nya di aransemen dan dikomposisi Antoe Hoed itu tidak menjejakkan ceritanya ke bumi.

Natural

Mungkin hanya silang sengkarut kisah percintaan mereka yang cukup mengena dan mewakili kisah kebanyakan cerita percintaan remaja yang serba menggemaskan. Selebihnya, film yang akan beredar mulai 26 Juli itu mengalir dengan banal.

Film BBB yang diproduseri Melly Goeslaw sejatinya mengalir degan ringan, datar, lurus dan nyaris tidak ada konflik yang berarti. Para pendukungnya seperti Laudya (Virgin dan Lentera Merah, Raffy (Ada Hantu di Sekolah, Me Vs High Heels), Ayushita (Me Vs High Heels), Dimas (Apa Artinya Cinta, Lentera Merah), dan Chelsea berakting dengan wajar.

Akting yang wajar, natural, tidak dibuat-buat dan penuh spontanitas sebagaimana kehidupan remaja lazimnya lengkap dengan dialog-dialog kekiniannya, sebenarnya sudah cukup mampu menghantarkan suasana penceritaan.

Bahkan ketika problem percintaan yang melibatkan lima sahabat itu diurai dengan menawan, penonton sudah cukup mendapatkan sebuah hiburan tersendiri.

Namun sayang, sebagaimana tagline judulnya yang berbunyi: "Welcome to the Academy of Dreams", BBB seakan menjelma menjadi sebuah akademi mimpi yang ceritanya cenderung mendangkalkan dunia remaja. (45)

Tidak ada komentar: