Minggu, 10 Februari 2008

Enthus: Gareng Mantu

Sabtu, 26 Juni 2004 BUDAYA

Superman dan Batman Mantu Gareng


"Apakah kau Gatotkaca?"
"Inggih Raden Mas Batman," jawab Gatotkaca santun kepada Batman sembari bertanya ulang, "Engkau Raden Mas Superman?"
"Inggih, kulo Superman," jawab Superman yang bersisihan dengan Batman kepada Gatotkaca.

DEMIKIANLAH, nukilan dialog antara tiga tokoh superhero dari dua ranah kebudayaan yang berbeda. Namun, hal itu benar-benar terjadi dalam medium perkeliran wayang planet besutan Ki Entus Susmono. Bisa dibayangkan, kelucuan macam apa yang ditimbulkan akibat dialog dan aksi para superhero tersebut. Bukan itu saja, dalam lakon berjudul Gareng Mantu yang dipentaskan di Museum Keprajuritan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (24/6) malam, dalang asal Tegal itu juga menghadirkan tokoh wayang pop seperti George Bush, Saddam Hussein, tengkorak, helikopter sampai rudal.

Lakon Gareng Mantu yang njepat (melesak) dari kaidah pewayangan konvensional itu, tak ubahnya tontotan pop ala MTV dalam format wayang. Terlebih ketika Ki Entus membungkus pergelaran berdurasi 180 menit itu dengan medium mixing dari berbagai unsur kesenian. Dari teater yang mengandalkan keaktoran pelakon, lengkap dengan setting pelaminan di kanan panggung bersebelahan dengan kelir, sampai tari dan tembang.

Para pengrawit (pemain musik) berkostum aneka rupa. Dari kostum robot, pengemis, tentara, sampai anak SD lengkap dengan topi dan dasi "tut wuri handayani". Sebagaimana sabetan Ki Entus; menonjok, menampar, melempar, hingga melentingkan wayang, adalah hal biasa. "Lakon ini berkoneksitas sangat erat dengan kondisi perpolitikan Tanah Air dewasa ini," kata laki-laki bertubuh subur itu.

Semua Golongan

Lakon tersebut, bernarasi tentang putri Gareng nan ayu bernama Dewi Sari Lengkung dari planet Pendaringan. Putri itu menjadi rebutan para ksatria, seperti Prabu Hantu Bumi, Joko Bedug, dan Amoro Resi. Sebab mereka percaya, barang siapa mampu memperistri Dewi Sari Lengkung, derajatnya akan terangkat dan menjadi raja. Maka,dimulailah berbagai intrik, janji, dan aksi sepihak kandidat masing-masing untuk memenangkan hati Dewi Sari Lengkung. Ahirnya, putri nan mempesona itu memberikan lima cangkriman (tebakan) kepada Joko Bedug.

Bila Joko Bedug mampu menjawab teka-teki tersebut, Dewi Sari Lengkung bersedia diperistri. Ki Entus telah mengemas lakon dengan cara yang sedemikian rupa; menghibur, cair, ringan, dan enteng. Dengan wayang planetnya, dia mampu mendekatkan wayang kepada kalayak ramai. Penonton tak merasa bosan digurui atau disesaki berbagai jargon kepentingan golongan tertentu.

"Lakon ini berdiri di atas semua golongan, tidak membodohkan, bahkan memberikan tawaran pencerahan kepada penikmatnya," katanya. Ya, wayang planet Ki Entus Susmono, meneguhkan bahwa wayang sebagai warisan kebudayaan Indonesia dapat menyesuaikan bentuk dengan zaman, bergantung kreasi dalangnya. (Benny Benke-63a)

Tidak ada komentar: