Minggu, 10 Februari 2008

Anton Chekov

Kamis, 18 Maret 2004 Budaya

Sebuah Pesona Cerita yang Cerdas


SIAPA yang tidak kenal kemahsyuran Anton Pavlovick Chekhov, raja cerpen (cerita pendek) dunia kelahiran Taganrog, Rusia, 29 Januari 1860? Sastrawan yang meninggal pada 14 Juli 1904 itu, mewariskan karya abadi dengan kandungan nilai kemanusiaan yang tidak pernah lekang oleh zaman. Ya, meski karya Chekhov banyak dilatarbelakangai oleh gambaran keadaan masyarakat Rusia yang sedang mengalami pembusukan menjelang abad XX, namun benang merah kandungan sastrawi dan sosialnya masih dan akan terus dapat mengikuti serta senantiasa relevan dengan perkembangan peradaban.


Maka tidak aneh, jika nama penulis naskah drama Dyadya Vanya (Paman Vanya), Tri Sestri (Tiga Bersaudara), Veshnyovii sad (Kebun Ceri) dan Pinangan yang melegenda itu, didudukkan bukan hanya sebagai sastrawan dunia, melainkan juga sebagai sosiolog par ecellence.

Pancarkan Kecerdasan

Dalam rangka memperingati 100 tahun meninggalnya Chekhov, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Selasa (16/3) malam lalu menggelar pembacaan karya Chekhov oleh Landung Simatupang, di Bentara Budaya Jakarta. Di tangan penggiat sastra dan teater yang sekarang bermukim di Yogyakarta itu, karya Chekhov yang diabadikan dalam buku terbarunya Pengakuan: Sekumpulan Cerita Pendek benar-benar memancarkan kecerdasan.

Sungguh, Landung yang pernah mengajar drama dan tranlation di jurusan Inggris, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mampu mengantarkan karya Chekov dengan bertaburan pesona. Lewat teknik pembacaannya yang mumpuni dan pepak dengan aksi dramaturgis yang membumi, cerpen-cerpen Chekhov --seperti ''Pengakuan''dan ''Cermin Perot''.
Lewat kepiawaiaannya, Landung didampingi E Wahyudi (piano) dan A Untung Basuki (gitar) membuat sekitar seratus audience dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia serta beberapa anggota Konsulat Kebudayaan Rusia betah menikmati pembacaannya. Memang, kecerdasan cerpen Chekov menjadi benar-benar terantar dengan apik lewat aksi Landung yang penuh pukau. (Benny Benke-41)

Tidak ada komentar: