Minggu, 10 Februari 2008

Arbain Rambey

e Rabu, 28 Januari 2004 . Budaya

Kesenyapan pun Bercerita

THE best thinking has been done in solitude. Demikian bunyi sebuah pameo yang terkenal di kalangan para eksistensialisme, atau para pemikir kedirian, kemanusiaan, dan bahkan kebudayaan, yang menyemburatkan makna bahwa buah pikir yang adiluhung biasanya dilahirkan dari suasana yang tenang. Meski tidak semua pemikiran besar berbuah dari sebuah ketenangan, namun ketenangan -yang dalam skala lebih ekstrem timbul dari suasana keheningan yang ngungun- memang cenderung menimbulkan pengalaman batin mendalam bagi yang mengalaminya.


Demikian pula yang terjadi dengan Arbain Abdul Wahidin Rambey (43), yang menarasikan keheningan lewat pameran fotografi berjuluk ''Senyap'', di Bentara Budaya Jakarta, sejak 22 hingga 29 Januari 2004. Wartawan dan fotografer Harian Kompas yang sebelumnya pernah menggelar pameran foto bertema ''Cahaya Jiwa'' (2002), ''Mandailing'' (2002), dan ''The Voice of Silence'' (2003) itu, kali ini memajang 50 foto hasil buruannya di berbagai belahan tempat sepi, sejak 1995 hingga 2004 ini.


''Saya memang senang di tempat sepi sejak kecil,'' kata pemenang dan penerima berbagai penghargaan foto tingkat nasional itu berkisah. "Sebab, masa kecil saya dekat dengan makam Bergota, Semarang. Bahkan sebenarnya, saya ingin memajang semua foto tentang kuburan, tapi nanti kelihatan terlalu ekstrem,'' imbuh laki-laki yang menghabiskan masa SD hingga SMA di Kota ATLAS -sebelum hijrah ke Bandung untuk melanjutkan jenjang sarjana di ITB, Jurusan Teknik Sipil- itu.


Kesenyapan

Lihatlah, foto-foto hitam putih dan berwarna yang ia kurasi sendiri, hasil dari berbagai perburuan "kesenyapan", mulai dari Gedong Batu Semarang, Kraton Yogyakarta, Asta Tinggi, Samosir, Masjid Banten, Mahat, Bromo, Leuser, Pulau Tukung, Kebun Raya Bogor, hingga Zenshen China, Menara Eifel Prancis, Brusel, Denmark, sampai Iran.

Semua hasil bidikan kamera itu menarasikan kesenyapan yang menawarkan pesan sendiri-sendiri; dan kesenyapan itu seolah mengajak berdialog dengan penikmatnya. ''Foto-foto alternatif di luar pakem (kelaziman-Red) foto jurnalistik yang bernarasi tentang kesenyapan itulah, yang hendak saya hadirkan kepada kalayak ramai,'' ujarnya.Maka tak berlebihan, ketika Arbain Rambey berharap ''kesenyapan'' itu dapat mengisahkan sebagian lamunannya yang menyukai sepi.


Ya, kesenyapan di tangan dan di dalam konsep pemikiran fotografer tersebut memang merepresentasikan ketenangan, solitude. Namun, dalam ketenangan itu mengalir banyak cerita.(Benny Benke-41)

Tidak ada komentar: