Minggu, 10 Februari 2008

The Last Samurai

Jumat, 2 Januari 2004 . Budaya

Kehormatan di Jalan Pedang


''Dapatkah seseorang mengetahui takdirnya?" "Dapat, sampai ia benar-benar berusaha terhadap nasibnya dan menguak takdirnya." "Tapi tidakkah setiap bangsa, sebagaimana manusia, mempunyai nasibnya sendiri." "Ya. Dan takdir kita lahir dan mati sebagai seorang samurai!"PERCAKAPAN itu terjadi antara Kapten Nathan Algren ( Tom Cruise) dan Katsumoto, seorang pemimpin samurai. Mereka bercakap-cakap menjelang perang penghabisan melawan tentara kekaisaran Jepang.


Sebuah pertempuran yang tak adil. Sebab, para samurai dengan pedang dan anak panah harus melawan para tentara yang bersenjatakan bedil dan meriam. Toh selama ini para samurai dengan semangat busido telah bertempur dengan heroik. Tentu saja, banyak samurai yang mati. Dan dua orang yang bercakap-cakap tadi adalah Samurai terakhir dari sebuah pertempuran yang tak adil.


The Last Samurai, film terbaru produksi Warner Bros yang bergenre drama-epik ini disutradarai Edward Zwick. Sebagai seseorang yang mengagumi kebudayaan dan film Jepang sejak remaja, film bersetting kebudayaan Jepang ini memang merupakan salah satu obsesinya.
Sebelumnya, ia telah menghasilkan film-film epik-drama, seperti The Legend of the Fall, Shakespeare in Love dan Glory.


"Sejak remaja saya terobsesi dengan film Akira Korosawa, The Seven Samurai," akunya. Dan sejak saat itulah, Zwick belajar keras untuk dapat mengetahui segala seluk beluk penyutradaraan. Dari story telling, membangun sebuah karakter, sampai dramatisasi tema. Dan lihatlah. Diawali dengan riset dan studi sejarah yang panjang, Zwick menemukan periode Restorasi Meiji. Yakni sebuah era menjelang akhir kekuasan Shogun Kuno menuju Jepang yang lebih modern, setelah mengurung diri dari dunia luar selama 200 tahun.


Nah, The Last Samurai adalah film tentang yang bercerita tentang masa transisi di Jepang. Dan sesuatu yang terjadi pada setiap masa transisi adalah, selalu ada yang menyayat antara yang kuno dan modern. Lewat film ini, Zwick bukan saja berhasil menceritakan sebuah sejarah, tapi sekaligus juga mampu memberikan gambar-gambar yang memesona. Betapa setiap gambar, landscape, dan ruang memiliki cerita karena terjadi junta posisi.


Anda bisa melihat seorang laki-laki yang mengenakan setelan jas lengkap bersanding dengan seorang perempuan berkimono. Atau seorang prajurit yang membidikkan senjata, berhadapan dengan ksatria dengan pedangnya.


Membelot


Dikisahkan, Kapten Nathan Algren (Tom Cruise) dikontrak kekaisaran Jepang untuk membangun pasukan ketentaraan yang lebih kuat dan modern. Maka, berlayarlah mantan tentara Perang Sipil di Amerika ini menuju negeri Sakura. Dalam perjalanannya itu, ia dan pasukannya bertempur melawan pasukan Samurai. Ia kalah. Pasukannya luluh-lantak dibantai para Samurai pimpinan Katsumoto (Ken Watanabe).


Katsumoto ternyata terkesima dengan kemampuan Algren, sehingga ia menawannya. Dalam statusnya sebagai tawanan itulah Algren justru mengerti banyak tentang pasukan Samurai. Hingga akhirnya ia memiliki rasa simpati terhadap kehidupan para Samurai. Algren pun belajar mengenai semangat busido dan kesejatian seorang Samurai. Pada ujungnya, ia memutuskan untuk bergabung menjadi salah seorang Samurai. Dan bersama Katsumoto, Algren bahu-membahu melawan tentara kekaisaran Jepang.(Benny Benke-79)

Tidak ada komentar: