Minggu, 10 Februari 2008

Chrisye (II)

Minggu, 24 Septembr 2006. BINCANG BINCANG

Bertumpu pada Keindahan Keluarga

L RAHADI dan Hana, orang tua yang telah melahirkan Chrismansyah Rahadi, tidak pernah berpikir jika kelak anaknya akan menjadi salah satu penyanyi penting Indonesia. Betapa tidak? Anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Jakarta, 16 September 1949 ini pada awalnya toh berperilaku sebagaimana anak-anak kebanyakan. Memang pada masa kanak-kanak Chrisye, demikian laki-laki itu akhirnya dikenal, suka menyanyi. Akan tetapi itu pun pada batas wajar. "Ya menyanyi sebagaimana anak kecil lain menyanyi. Sebatas hobi," ujar ayah empat orang anak ini membuka cerita.

Dibangku SMA-lah aktivitas menyanyinya menjadi semakin kuat. Hingga lulus SMA pada 1967, ayah Anissa (23), Risty (20), serta si kembar Masha dan Pasha (17) ini, sempat "mampir" sejenak di Teknik Arsitektur dan APK (Akademi Pariwisata & Perhotelan Trisakti). Namun panggilan hati untuk menyanyi ternyata lebih kuat. Ia akhirnya memutuskan keluar dari dua fakultas itu. Setelah keluar dari bangku kuliah inilah, bersama kawan-kawan dia membentuk grup Sabda Nada Band pada 1968-1969. Setelah itu bersama kawan-kawan di Gang Pegangsaan seperti Zulham Nasution, Gauri Nasution, Keenan Nasution, Onan, dan Tami membentuk Gipsy Band yang bertahan hingga 1974.


The Pros adalah band berikut yang menaungi kreativitas Chrisye. The Pros berawakan Broery Marantika, Dimas Wahab, Pomo, Ronnie Makasutji, dan Abadi Soesman. "Bersama dua band ini kami sempat manggung di New York selama dua tahun di Ramayana Restaurant," kenang Chrisye. Sekembali ngamen dari Negeri Paman Sam itulah dia bergabung dengan Guruh Soekarno Putra dengan membentuk Guruh Gipsy. Setelah menelorkan beberapa album, pria kalem yang pernah bermain dalam film Seindah Rembulan dan Gita Cinta Dari SMA, ini akhirnya memutuskan bersolo karier.


Setelah itu namanya pelan dan pasti terkenal dalam blantika industri musik Indonesia, lewat tembang "Lilin-Lilin Kecil" karya James F Sundah pada 1977. Dukungan. Setelah itu bergilir album "Badai Pasti Berlalu" karya Eros Djarot melejit lewat olah vokalnya. Kemudian "Sabda Alam" dan tembang-tembang populer lain seperti "Aku Cinta Dia", dan "Hip Hip Hura" pada kurun 1986.


"Semua itu tidak mungkin bisa saya raih tanpa dukungan istri yang baik," katanya sembari melirik Yanti, perempuan berjilbab yang menurunkan kecantikannya kepada Annisa, putri sulung mereka yang baru saja diwisuda. "Bahkan anak-anak, teristimewa si kembar juga memberikan dukungan yang tidak kalah penting dalam perjalanan karier saya hingga saat ini."
Bahkan pada saat Agustus 2005 lalu ketika Chrisye didiagnosa menderita kanker paru-paru stadium empat, dan mengharuskannya dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Serta mengharuskannya melalui serangkaian kemoterapi, keempat anak-anaknya, dan istrinya tidak henti-hentinya memberikan dukungan yang luar biasa.


"Merekalah semangat hidup saya yang sebenarnya," katanya haru. Berkat dukungan istri dan anak-anak yang mencintai dan dicintainya inilah, puluhan album dihasilkan dan membuatnya meraih sejumlah penghargaan. Dari BASF Award, Golden Record, HDX Award, MTV Video Music-Best Male Singer, AMI Sharp Award sebagai Penyanyi Solo Terbaik Kategori Pop Progressive, hingga BASF Award sebagai Penyanyi Legendaris (1994) diraihnya. Dan puluhan penghargaan bergengsi lain yang akan sulit diikuti penyanyi Indonesia lainnya. (Benny Benke-35).

Tidak ada komentar: