Minggu, 10 Februari 2008

Harry Roesli

Senin, 12 Januari 2004 . Budaya

Joke dari Gus Dur

MAU tahu guyonan terbaru dari Harry Roesli? Belum lama ini, seniman slebor yang doktor musik dan gemar mengenakan pakaian serba hitam ini mengumbar joke-joke segar di hadapan puluhan wartawan cetak dan elektronik, di Zoom Cafe, Jakarta. ''Ada sebuah kisah,'' katanya, mengawali joke-nya. ''Suatu hari, Megawati, Amin Rais, Gus Dur, Aa Gym, dan seorang santrinya berpergian naik pesawat. Karena sesuatu hal, pesawat itu rusak. Kelima orang tadi harus turun dengan menggunakan parasut. Karena parasutnya hanya empat, padahal yang mesti diselamatkan lima, maka diaturlah siapa dulu yang menggunakan parasut itu,'' ujar Harry Jumat (9/1) petang.


Lalu seniman asal Bandung itu melanjutkan, ''Karena Megawati presiden, maka ia meloncat duluan. Setelah itu Amien Rais bilang, ''Ia harus diawasi. Kalau tidak bisa bahaya''. Maka melompatlah ia menggunakan parasut kedua. Mengetahui hal itu, giliran Gus Dur berujar, ''Wah kalau anak dua itu dibiarkan meloncat, bisa berantem mereka berdua. Jadi saya juga harus meloncat dari pesawat ini demi menengahi mereka.'' Lalu, ia pun melompatlah. Kini, giliran santri Aa Gym yang panik dan berkata kepada gurunya, ''Silakan Aa meloncat dengan parasut terakhir,'' katanya pasrah.


''Nggak, kita barengan aja,'' jawab Aa Gym kalem.
''Tapi parasutnya kan tinggal satu?''
''Parasutnya masih dua. Tadi Gus Dur ngambil ransel saya!'' kata Aa Gym.
Tentu saja, dongeng Harry membuat terpingkal-pingkal wartawan. Namun tidak takutkah ia bahwa ceritanya bakal menyinggung perasaan Gus Dur?
''Lho, wong saya dapat cerita ini langsung dari Gus Dur kok!''

Ya, Harry Roesli yang duduk di samping Humphrey R Djemat dan artis Cornelia Agatha memang sedang sibuk mensosialisakan acaranya bersama AAI (Asosiasi Advokat Indonesia). Acara yang berikhtiar memadukan pembacaan puisi dan musik itu rencananya akan berlangsung di Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta, Senin (12/1) malam, dengan tema ''Harmonisasi''.

Acara yang menempatkan Harry sebagai music director itu, rencananya juga menampilkan pembacaan puisi dari para advokat, seperti Humphrey, Yan Apul, Denny Kailimang, Nursyahbani Katjasungkana, dan beberapa nama lain. Acara itu diharapkan bisa menunjukkan bahwa para profesional seperti advokat tidak hanya melulu berkutat pada keseriusan dan permasalahan ''pasal-pasal'' yang baku.


''Kami juga dapat mengepresikan dan menerjemahkan fakta-fakta kehidupan dalam bentuk renungan-renungan lewat rangkaian kata-kata yang biasa kita sebut puisi,'' kata Humphrey. Menurut Harry, ternyata para advokat itu tidak hanya bekerja dengan otak kiri saja, tapi juga menggunakan otak kanan. Lha kalau Kang Harry sendiri menggunakan otak yang mana? ''Wah, kalau saya mah kalau bekerja nggak pakai otak!'' (Benny Benke-79)

Tidak ada komentar: