Minggu, 10 Februari 2008

Lost in Translation

Rabu, 18 Februari 2004 . Budaya

Film Unggulan Academy Award
Kegagapan Budaya Orang AS


ACADEMY Award, sebuah ajang penghargaan paling bergengsi bagi insan perfilm dunia, segera digelar di Kodak Theater, Hollywood Boulevard dan Higland Avenue, Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), Minggu (29/2) mendatang. Hajat besar yang diklaim menjadi tolok ukur kesukesan sebuah film di kancah perfilman internasional itu, menempatkan beberapa judul film sebagai nominator peraih piala Oscar.


Di antara sekian judul film unggulan itu, Lost in Translation berhasil menyabet empat nominasi. Film yang bernarasi tentang kegagapan orang Amerika Serikat ketika hidup dan mengalami gegar budaya di negeri Sakura, Jepang, itu memang telah membuktikan keunggulannya. Paling tidak, hal itu ditunjukkan dengan sukses meraih tiga Golden Globe Award untuk kategori Film Komedi Terbaik, Skenario Terbaik (Sofia Coppola), dan Aktor Komedi Terbaik (Bill Murray). Adapun empat kategori yang menominasikannya untuk meraup Oscar, terdiri dari kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Sofia Coppola), Skenario Orisinal (Sofia Coppola), dan Aktor terbaik (Bill Murray).

Memang, Lost In Translation menjadi istimewa bukan hanya karena terlahir dari hasil karya seorang sutradara muda berbakat, Sofia Coppola, putri salah satu sutradara langganan Oscar, Francis Ford Coppola. Tapi, di tangan Sofia pula, film ber-genre drama komedi yang beranjak dari sebuah ide sederhana itu menjadi istimewa karena cara penulisan skenarionya berbeda. Karena itu tidak salah, jika Sofia menempatkan namanya sendiri sebagai salah satu nominator untuk meraih Oscar kategori original screenplay, bersaing dengan film The Barbarian Invasion, Dirty Pretty Things, Finding Nemo dan In Amerika.

Gegar Budaya

Film yang juga untuk kali pertama menempatkan aktor Bill Muray sebagi salah satu nominator peraih gelar aktor terbaik itu, pada intinya berkisah tentang dua anak manusia dewasa yang ''tersesat'' dan mengalami gegar budaya di sebuah wilayah yang kebudayaannya berbeda 180 derajat dengan kebudayaan aslinya. Jika mujur, Murray yang bersaing dengan Johnny Depp (Pirates of The Caribbean: The Curse of The Black Pearl), Ben Kingsley (House of Sand and Fog), Jude Law (Cold Mountain) dan Sean Penn (Mystic River), akan meraih Oscar perdananya.

Dikisahkan, Bob Harris (Bill Murray), seorang bintang film papan tengah AS, diharuskan untuk beradegan dalam sebuah iklan di Jepang. Di negeri Matahari Terbit itulah, kontak budaya yang menimbukan kegegaran budaya mulai menghinggapi Harris. Betapa ia musti "berdamai" dengan shower yang terlalu pendek, kamar yang sempit, membungkuk setiap kali bertemu orang, serta -yang paling menjadi kendala- bahasa yang aneh dan asing di telinganya. Semestinya, Harris berkeinginan untuk segera ke negeri ibunya; namun atas nama kontrak dan profesionalitasnya, kepulangan ke AS terpaksa ia urungkan.

Hal yang sama, terjadi pada Charlotte ( Scarlett Johansen), yang mengalami kejenuhan sampai di ambang akut. Meski suaminya, John (Giovanni Ribisi), seorang fotografer yang workaholic, sangat menikmati kehidupan barunya. Nah, potret kegegaran budaya Harris dan Charlotte di negeri yang lebih mencintai bahasa ibunya sendiri daripada bahasa Inggris itulah, yang menjadi titik sentral film Lost In Translation. Sebuah tema yang jarang dipikirkan oleh para sineas, bukan?(Benny Benke-41)

Tidak ada komentar: