Sabtu, 16 Februari 2008

Travel Warning

Rabu, 12 Oktober 2005. BUDAYA
Travel Warning Hantam Promotor Konser
JAKARTA - Sepenting apakah kondisi keamanan bagi artis atau grup band mancanegara yang akan menggelar konsernya di Indonesia? ''Sangat penting,'' tandas Tommy Pratama, promotor konser musik Original Production di Jakarta, kemarin. Pernyataan yang sama dikemukakan Adrie Subono dari Java Musikindo dan Rinni Noor dari Nepathya. Para promotor itu pernah merasakan betapa pahitnya pembatalan sebuah konser yang telah direncanakan dengan rapi hanya karena travel warning dari negara asal artis bersangkutan. Sebagaimana diberitakan, Motley Crue baru-baru ini membatalkan rencana konsernya di Jakarta yang dijadwalkan November 2005. Meski manajemen mereka tidak mengakui, faktor keamananlah yang membuat grup metal dari Amerika itu membatalkan konsernya. ''Ini kendala klasik, meski sifatnya sementara, namun sangat mempengaruhi lancarnya bisnis hiburan di sini,'' kata Tommy yang pada pertengahan 2004 pernah menelan pil pahit pembatalan konser Limp Bizkit. Adrie Subono juga pernah mengalami pembatalan konser Good Charlotte, Alicia Keys, Norah Jones dan beberapa nama penting lainnya. Menurut dia, travel warning adalah kunci utama seorang artis atau grup band manca negara batal menggelar konser di Indonesia. ''Ada juga artis yang cukup mempunyai nyali untuk tetap datang dan menggelar konser. Namun justru pihak asuransi yang tidak mempunyai nyali,'' ujar promotor yang sukses menggelar enam konser, The Prodigy, Cake, Simple Plan, Avril Lavigne, Maksim ''Twilitte Orchestra/Addie MS'', dan Ja Rule dalam waktu 34 hari itu. Menurut Adrie, kriteria keamanan biasanya diletakkan sebagai pra-syarat nomor satu manajemen artis. ''Meski ini (travel warning) bersifat temporer namun dampaknya luar biasa''. Rinni Noor baru saja menerima pembatalan dari manajemen Michael Buble, penyanyi swing jazz-easy listening, yang dijadwalkan menggelar konser 16 Oktober 2005 di Plenary Hall, Jakarta. ''Pasca bom Bali II, 1 Oktober lalu memang menjadi pertimbangan utama manajeman Buble,'' katanya. Menurut Rinni, pihaknya selaku promotor telah melakukan berbagai macam cara untuk membujuk manajemen penyanyi yang melejit lewat tembang ''Kissing A Fool'' dan ''Home'' itu. Namun mereka bersikeras bahwa faktor keamanan Indonesia belum memungkinkan. Sebelumnya Rinni juga pernah mengalami pembatan konser Alanis Morisette. Tetap Optimis. Pasca tragedi bom Bali I, Otober 2002 hingga bom Bali II, travel warning menjadi momok bagi promotor konser musik artis manca negara. Efek domino dari berbagai tragedi bom memang mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, namun menurut Adrie Subono , industri hiburan dan pariwisata terkena dampak langsungnya. Adrie mengaku punya rumusan sederhana menyiasati seringnya travel warning dialamatkan ke Indonesia. ''Kami tetap optimis aja,'' tegasnya. Tommy Pratama dan Rinni Noor juga menyatakan pembatalan konser memang membuat mereka sedih dan rugi, namun hal itu tidak menyurutkan eksistensi mereka dalam dunia bisnis hiburan. ''Tidak semua artis gentar terhadap travel warning. Sebab, bagi mereka bom bisa meledak di mana saja,'' papar Tommy, sembari memberi contoh grup rock asal Jerman, Scorpions, yang tetap menggelar konsernya meski bom baru saja meledak di Kedubes Australia, beberapa waktu lalu. Sejumlah konser memang tidak langsung dibatalkan, ada juga yang dijadwalkan ulang atas alasan keamanan. Namun dalam banyak hal momentum konser yang direncanakan menjadi hilang. ''Kalau kami disuruh menyebutkan artis mana lagi yang akan kami undang untuk konser di Indonesia, kami lebih suka untuk sementara ini merahasiakannya,'' tutur Tommy. (G20-43)

Tidak ada komentar: