Sabtu, 16 Februari 2008

Khatulistiwa Literary Award 2005

Rabu, 07 September 2005. BUDAYA
Lima Prosa dan Lima Puisi Berebut Khatulistiwa Literary Award 2005
JAKARTA-Cermin Merah karya Nano Riantiarno), Kitab Among Kosong (Seno Gumira Ajidarma), Nayla (Djenar Maesa Ayu), Parang Tak Berulu (Raudal Tanjung Banua), dan Sihir Perempuan (Intan Paramaditha) akan memperebutkan Katulistiwa Literary Award (KLA) 2005 untuk kategori prosa. Sedangkan "Gugusan Mata Ibu" karya Raudal Tanjung Banua, "Indonesiaku" (Hamid Jabbar), "Kekasihku" (Joko Pinurbo), "Kerygma dan Martyria" (Remy Sylado), dan "Matahari-matahari Kecilku" (Imam Budi Santosa) akan bersaing menjadi yang terbaik dalam kategori puisi. Dalam pengumunan lima besar KLA 2005 di QB World Book, Semanggi, Jakarta, kemarin, Riris Toha Sarumpaet, selaku koordinator tim juri menegaskan bahwa terpilihnya kelima masing-masing kategori tersebut telah melalui proses seobjektif mungkin. "Menilik pada penyelenggaraan kelima setelah bergulir sejak 2001, proses penjurian KLA terus mengalami penyempurnaan," ujar Riris, yang juga pengajar di Fakultas Budaya Universitas Indonesia. Menurut dia, tahap pertama penjurian KLA 2005 telah berlangsung 1-4 Juni 2005. Pada tahap tersebut, ketujuh juri (yang dirahasiakan namanya) menominasikan sepuluh karya sastra dari karya yang terbit antara Juni 2004-Mei 2005, untuk kategori prosa dan puisi. Sedangkan acuan awal yang digunakan tim juri yang bekerja marathon karena terlalu banyaknya karya yang diseleksi berdasarkan pada: 1. Inovasi dalam teknik penulisan, dan penggunaan perangkat-perangkat sastra. 2. Orisinalitas dalam penggunaan dan eksplorasi bahasa. 3. Kedalaman penggarapan tema atau cerita. 4. Sumbangan karya sastra secara keseluruhan bagi perkembangan sastra Indonesia. "Meski kami juga menyadari bahwsa penilaian ini tidak terlepas pula dari subjektivitas para dewan juri dengan segala keterbatasan kemanusiaannya," imbuh Riris. Menurut Riris, tahap kedua seleksi KLA 2005, berlangsung 5 Juli-26 Agustus 2005. Karya-karya hasil tabulasi tahap I di kantor akuntan publik Ernst & Young, kembali diteliti oleh tim juri tahap II. Yang terdiri dari 15 orang dan bukan merupakan juri tahap I atau tahap III. "Mereka saya pilih dari berbagai kalangan yang kualifikasi dalam pengalaman membaca yang tidak meragukan lagi. Jadi mereka tidak harus mengusai susastra, namun cukup mencintai dunia dan kehidupannya". Para juri yang saling tidak mengenal identitas sesama dewan juri dengan harapan mampu menjaga kerahasiaan inilah yang diharapkan dapat menghasilkan pilihan yang benar-benar mumpuni. Bahkan dengan ancaman keanggotaan mereka sebagai dewan juri akan dicabut jika membicarakan apalagi membocorkan nominasi, KLA 2005 diharapkan mampu meminimalisasi unsur subyektivitas. Pada tahap terakhir penjurian yang melibatkan 21 juri, kelima prosa dan puisi peraih KLA 2005 akan diumumkan pada 30 September 2005, di Atrium Plaza Senayan Jakarta. "Pemenang prosa akan menerima hadiah Rp 100 juta dan pemenang puisi Rp50 juta," ujar Richard Oh, penggagas KLA, sembari menambahkan, para pemenang akan diikutkan dalam International Writers Festival di Ubud Bali pada 8-11 Oktober 2005. (G20-45)

Tidak ada komentar: