Sabtu, 16 Februari 2008

Teguh Karya.

Kamis, 29 September 2005. BUDAYA
Jejak Langkah Maestro Sinema Indonesia
Konser A Tribute to Teguh Karya

JAKARTA - Tepat pukul 21.00 WIB, overture pembuka yang dibawakan Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MS membuka konser A Tribute to Teguh Karya. Setelah itu, Slamet Rahardjo Djarot, salah seorang murid maestro sinema Indonesia itu menyampaikan narasi tentang perjalanan hidup Lim Tjoan Hok alias Teguh Karya. ''Sebelum berubah menjadi Teguh Karya atas anjuran Bung Karno, Lim Tjoan Hok memperkenalkan dirinya dengan nama Stevanus Lim atau Steve Lim,'' tutur Slamet yang menggagas konser di Balai Sarbini, Jakarta itu bersama Teater Populer. Sejurus kemudian, tembang ''Ranjang Pengantin'' yang dilantunkan Harvey Malaiholo menyihir sekitar 1.000 penonton, termasuk Jaksa Agung Abdulrahman Saleh, Kepala Bappenas Sri Mulyani Indrawati, Adi Sasono, Wiranto, Suryo Paloh dan beberapa tokoh nasional lainnya. Setelah Harvey menghantarkan kemerduan suaranya, ''Kijang Muda'' menggema lewat lantunan Ruth Sahanaya. ''Sebagaimana pengakuan Ruth kepada saya, dia adalah salah satu pengagum Pak Teguh,'' kata Slamet sebelum Ruth naik ke panggung yang dilatarbelakangi sebuah layar yang menggambarkan highlight film-film garapan Teguh Karya. Menurut Slamet yang dengan rileks menuntun alur konser, acara itu merupakan gambaran jejak langkah Teguh Karya yang tidak didiskripsikan secara kronologis. ''Namun sengaja kami kemas dengan melompat-lompat tanpa mengurangi sedikitpun penghormatan kami kepada almarhum''. Nostalgia Para Murid . Setelah music score film November 1828 mengalun, Rafika Duri dengan kalem melantunkan ''Kerbau Jantan'', soundtrack film pertama Teguh Karya, ''Wajah Seorang Laki-Laki'' (1970). Setelah Rafika mendapat aplaus, giliran Anna Mantovani menembangkan ''Cinta Pertama''. Dan, inilah yang ditunggu-tunggu, Christine Hakim, salah seorang anak didik Teguh melenggang ke panggung bersama Slamet Rahardjo. Christine masih menyisakan butiran air mata di pipinya. ''Saya tidak tahu apa yang akan saya katakan. Saya hanya berharap bila dia ada di sini, betapa dia adalah orang yang paling bangga dan bahagia (kepada murid-muridnya),'' kata Christine sembari menyeka air matanya. Dia lalu mempersilahkan Eros Djarot ke panggung untuk menendangkan lagu karnya sendiri ''Merpati Putih'' dari film Badai Pasti Berlalu (1979) bersama kakaknya, aktor dan sutradara Slamet Rahardjo Djarot. ''Inilah orang yang paling sering bertengkar secara ide dengan Pak Teguh,'' kata Christine memperkenalkan sutradara Tjoet Nya' Dhien itu. Secara keseluruhan konser A Tribute to Teguh Karya yang music composer-nya ditangani Idris Sardi dan Eros Djarot dan dimainkan oleh Twilte Orchestra dengan konduktor Addie MS, berjalan menghanyutkan. Nuansa noltalgia dan air mata kental dalam setiap alunan tembang. Idris Sardi yang juga membawakan tembang ''Lagu Rumah Atas Pasir'' lewat lengkingan biolanya cukup mampu membuat terkesima penonton. Konser untuk mengenang 33 tahun persahabatan antara murid Teguh Karya itu dihadiri oleh murid-murid Teguh lainnya seperti Nano Riantiarno, Alex Komang, dan Lenny Marlina. (Benny Benke-43).

Tidak ada komentar: