Sabtu, 16 Februari 2008

Indonesia di Mata Maestro Lukis Rusia

Jumat, 05 Agustus 2005. BUDAYA
Indonesia di Mata Maestro Lukis Rusia
JAKARTA-Seperti apakah wajah Indonesia di mata para pelukis papan atas Rusia? Eksotik! Demikian pengakuan singkat maestro lukis Rusia Vladimir Anisimov ketika memperkenalkan 170 lukisan hasil karya pelukis kontemporer Rusia di Galeri Nasional, Jakarta, kemarin. Pengakuan Anisimov yang menggalang kawan-kawanya untuk melakukan perjalanan estetis ke Pulau Madura, Pulau Jawa, dan Pulau Sumatera yang telah berlangsung selama setahun ini, tidak mengada-ada. Puluhan lukisan yang menggambarkan pemandangan, aktivitas, trade mark serta kebudayaan di beberapa pulau itu telah berpindah ke atas kanvas dalam berbagai ukuran.
"Hasil kerja para pelukis Rusia ini adalah buah perantauan mereka dalam mencerap aura dan kebudayaan di Madura, Jawa, dan Sumatera," ujar Anisimov yang juga menyertakan lukisan khas pelukis Rusia yang beraliran romantisme realisme. Sebagai program balasan atas berkelananya para pelukis Rusia di beberapa wilayah Indonesia, para pelukis Indonesia seperti Astari Rasyid, Dwianto, Cusin, dan beberapa nama lainnya melakukan kerja kesenimanan serupa di Rusia. "Sebagaimana semangat penyelenggaraan acara ini, yaitu untuk memperingati 55 tahun hubungan Indonesia dengan Federasi Rusia. Kami para pelukis pun hendak turut memarakkan 60 tahun Indonesia," kata Anisimov. Pameran bertajuk "Russian Art Exhibition-Russian Collection 3" yang secara resmi akan dibuka di Galeri Nasional, 8-20 Agustus ini, digagas oleh Kedutaan Besar Federasi Rusia di Jakarta bekerja sama dengan Bureau of Creative Expedition Moscow. Propaganda. Perihal apakah yang membuat nama para pelukis Rusia tidak seberkibar dan seterkenal nama para sastrawannya, seperi Maxim Gorky, Pushkin, Anton Chekov, Dovtoiyoski dan beberapa nama penting lainnya, di Indonesia? Propaganda, demikian jawaban Anisimov. Hasil karya sastra, pada masa Uni Soviet, menurut dia, atas nama kepentingan politik dan harus disebarkan ke seluruh penjuru dunia. "Dengan demikian diharapkan lewat kisah dan narasinya nama Uni Soviet dikenal ke seantero dunia". Jawaban Anisimov boleh jadi sepihak meski ada benarnya. Meski menurutnya nama para pelukis besar Uni Soviet sangat dikenal juga di berbagai penjuru Eropa. "Bahkan nama mastro lukis Raden Saleh dan Affandi sangat dikenal di negeri kami," katanya sembari memberikan alasan bahwa kedudukan seorang pelukis secara sosial di Rusia masih di bawah sastrawannya. Ke-170 lukisan dari berbagai aliran, mulai dari classic realism, neo-realism, moderism, cubism hingga avangardism yang dipamerkan ini dijual dengan nilai tertinggi sebesar 200 ribu dolar AS. "Kami hanya ingin semakin dekat dengan Indonesia," kata Anisimov, mengatasnamakan maestro lukis Rusia lainnya seperti Viktor Shilov, Tatiana Fedorova, dan Eugeny Demakov. (G20-45)

Tidak ada komentar: