Jumat, 08 Februari 2008

Zetan, Putu Wijaya

Senin, 19 Juni 2006. BUDAYA

Pentas ''Zetan'' Teater Mandiri
Teror yang Menghibur

JAKARTA-Ada yang segar, cair, dan menghibur dalam lakon teranyar Teater Mandiri berjudul ''Zetan: Setan Berguru Menjadi Pahlawan'' di Graha Bhakti Budaya TIM, Jakarta (17-18/6). Kali ini pentas sedikit menyempal dari pakem lakon-lakon mereka sebelumnya seperti "War", "Zero", "Jangan Menangis Indonesia", "Zoom" hingga "The Coffin is Too Big for the Hole". Dalam lakon terkininya, Putu Wijaya sebagai penulis naskah dan sutradara memberi porsi yang sangat luas dalam mengumbar kejenakaan dan tawa, meski trade mark utamanya, yaitu teater teror, tetap menjadi tulang punggung cerita. Simaklah ketika pertunjukan hendak dimulai. Pembawa acara mengumumkan, Teater Mandiri meminta maaf karena mencuri waktu penonton di tengah kemeriahan penyelenggaraan Piala Dunia. ''Tapi jangan khawatir, kami akan terus memantau hasil pertandingan antara Iran vs Portugal. Sebelum pertandingan kedua antara Ceko dan Ghana, Anda sudah berada di rumah,'' ujarnya, Sabtu (17/6). Bukan itu saja. Penonton bahkan diberi keleluasaan untuk memotret sepuas-puasnya. ''Karena Zetan juga ingin menjadi selebriti yang senang dipotret,'' lanjutnya. Pengumuman itu seketika mendapatkan respons tawa penonton, di antaranya pekerja teater Jajang C Noer dan basis God Bless Donny Fatah. Ketika pertunjukan sudah digelar, kala penonton sudah terbawa irama lakon, tiba-tiba pembawa acara mengumumkan: ''Babak pertama antara Iran vs Portugal kosong-kosong''.
Kembali Menyela

Bahkan ketika tokoh Guru yang diperankan Putu Wijaya, Arswendi Nasution, Alung Seroja dan Kardi tengah serius melakoni perannya, sang announcer lagi-lagi menyela. ''Untuk sementara Portugal unggul 1-0 atas Iran''. Demikianlah lakon "Zetan" mengalir dengan jenaka, penuh kritik, menyentil siapa saja, cair, sekaligus menghibur. Bahkan ada kesan teater teror yang biasanya menjadi andalan dan hafalan Mandiri dinegosiasikan dengan selera penonton. Ini terlihat ketika 60 menit pertama saat semua tokoh Guru secara bergantian melakukan monolog. Semua monolog yang menohok realita perihal kehidupan dan keadaan para guru di Indonesia disampaikan dengan nyinyir dan jenaka. Baru pada 60 menit berikutnya tokoh Zetan yang dicitrakan dengan sebuah boneka raksasa muncul dari balik layar. Keseriusan dan teror yang masih diselingi kejenakaan kembali hadir. Lakon "Zetan" intinya berkisah tentang tokoh Zetan yang dimainkan Yanto Kribo, Bambang Ismantoro, dan Ucok Hutagaol yang hendak menuntut ilmu kepada guru. Zetan atau setan atau syaiton itulah yang membuat para guru kelimpungan dibuatnya. ''Bagaimana mungkin setan atau syaiton hendak menjadi muridku dan lebih dari itu, kau mau menjadi pahlawan kemanusiaan,'' pekik Guru kalang kabut ketika Zetan mendatanginya. Singkat cerita, Zetan lulus cumlaude dan siap ditugaskan ke sebuah wilayah yang penuh dengan kesemrawutan di dunia bernama Indonesia. Sanggupkah Zetan mewujudkan mimpinya menjadi pahlawan di Indonesia? Semudah itukah Zetan menjadi pahlawan yang harus mengorbankan diri untuk kemanusiaan. Lewat lakon ''Zetan: Setan Berguru Jadi Pahlawan'', ketimpangan dan kebobrokan dunia pendidikan dan guru di Indonesia, diteror lewat lawakan. Hasilnya, 2-0 untuk Portugal. (Benny Benke-45)

Tidak ada komentar: