Senin, 03 Maret 2008

Rantai Bumi

Rabu, 31 Mei 2006 . BUDAYA
Preview "Rantai Bumi"
Film Laga Tanpa Ketegangan

JAKARTA - "Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (Kebenaran dan keadilan akhirnya mengalahkan kebatilan)." Adhi Kusumo (Ki Kusumo) mengucapkan bait pemungkas Kidung Suwargaloka itu dan sejenak kemudian memperoleh Mustika Rantai Bumi. Dengan jimat sakti itulah dia menghancurkan musuh besarnya, Ki Guntur Sewu (Marcellino) dan Ki Lodaya Sakti (Brata Santosa). Itulah akhir keteruraian permasalahan dalam film Rantai Bumi yang disutradarai Purnomo A Chakil. Hitam-putih. Ya, kejahatan pasti dikalahkan kebaikan. Para tokoh antagonis, seperti Hans (Toro Margens), Ki Guntur Sewu, dan Ki Lodaya Sakti serta para antek mereka tak berdaya ketika Mustika Rantai Bumi dalam genggaman Adhi Kusumo. Pusaka macam apakah Mustika Rantai Bumi, sehingga diburu dan jadi pusat penceritaan dalam film berdurasi 90 menit itu? "Rantai Bumi adalah mustika yang biasanya tersangkut atau termakan hewan di bumi, seperti babi, monyet, dan burung elang," ujar Ki Kusumo, pemeran utama sekaligus produser. Logika Lemah . Kalangan paranormal, ujar dia, mengenal Rantai Bumi sebagai mustika berkekuatan dahsyat. "Mustika itu akan membuat sang pemilik kebal dan sakti," ujar dia, seusai pemutaran perdana film itu di Planet Hollywood, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (28/5). Film itu akan diedarkan mulai 1 Juni di seluruh Indonesia. Film drama-laga tersebut penuh adegan baku pukul dan suara bom. Namun jangan terlalu berharap menemukan ketegangan. Logika ceritanya pun amat lemah. Juga tak ada penanda yang membedakan adegan kekinian dari adegan ribuan tahun lalu. Namun Toro Margens menuturkan paling tidak film produksi Putra Kusuma Production itu telah menyemarakkan dunia perfilman Indonesia yang biasanya menjauhi tema laga. Ki Kusomo pun berharap penonton di daerah bakal menikmati film itu. (G20-53)

Tidak ada komentar: