Senin, 03 Maret 2008

Pameran Keris Nusantara 2006

Jumat, 16 Juni 2006. BUDAYA
Pameran Keris Nusantara 2006
Paduan Seni dan Spiritualitas

JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk percepatan teknologi, keris ternyata masih menambat di hati para pencintanya. Tengoklah, misalnya, Pameran Keris Nusantara 2006 yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla, Rabu (14/6) malam. Lebih dari 200 keris, tombak, pedang, dan berbagai senjata tradisional hasil teknologi tempaan itu dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) hingga 23 Juni. Selain memamerkan puluhan karya para empu masa lalu, dipajang pula karya kontemporer para empu di Jawa dan Madura pada masa kini. Mereka antara lain Sukamdi, Subandi, Yanto, dan Yantono. Dipamerkan pula karya nonkeris berteknologi pamor yang biasa dipakai para pembuat keris. Misalnya, seperangkat gamelan pamor koleksi warga Jakarta asal Belgia, Marc Pieters. Gamelan itu karya perupa asal Solo, Hajar Satoto. Spiritualitas. Ada pula beberapa senjata berpamor. Karya itu kreasi penggemar pisau Shukri Bay dan Gus Im, adik bungsu mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Keindahan keris serta tuah yang menyertai itulah yang membuat keris masih digemari. ''Di luar keindahannya, keris mengandung konsep spiritualitas,'' ujar Jacob Oetama, penyelenggara pameran. ''Bahkan pamor keris mengejewantahkan pesan dan fungsi seperti kemakmuran dan menjaga derajat sang pemilik,'' ujar dia. Beberapa kolektor terkemuka menyertakan keris karya empu masa silam milik mereka untuk dipamerkan. Mereka terdiri atas Iwan Joesoef Gading, Wiwoho Basuki, Pudjadi Soekarno, Sani Gondomono, dan pakar keris Ir Haryono Haryoguritno. ''Keris adalah perpaduan seni atau craftmanship, heroisme atau kesatria, dan spiritualitas atau mistik,'' ujar Jusuf Kalla ketika membuka pameran, ''Perpaduan ketiga hal itu yang membuat keris menjadi karya masterpiece.'' Dia berharap pameran itu membuat keris yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia tetap terjaga sebagai ikon Indonesia. (G20-53)

Tidak ada komentar: