Senin, 03 Maret 2008

Friedrich Schiller,

Selasa, 20 Juni 2006. BUDAYA
Bahasa Bola Bahasa Dunia
"Kita hanya menjadi diri kita secara penuh bila berada dalam permainan."
PETILAN sajak Friedrich Schiller, penyair dari Jerman, mewakili tema pameran foto "Bahasa Bola" di Goethe Hous, Menteng, Jakarta, hingga 8 Juli. Lima puluh foto hasil seleksi dari 4.000 foto karya 25 fotografer Magnum Photo, agensi foto di dunia, itu benar-benar mencerminkan semangat "permainan" tersebut. Lihatlah, hampir semua aktivitas masyarakat bermain bola dari belahan Eropa, Amerika, Afrika, hingga Asia tersajikan. Semua permainan bola di jalanan, tempat parkir, gudang, pabrik, pantai, medan peperangan, hingga selasar tempat peribadatan pun jadi objek bidikan yang menawan. Bola adalah bahasa antarmanusia paling populer di muka bumi. Bahasa bola juga alat komunikasi paling efektif yang mengatasi kendala bahasa.
Para fotografer itu berkeliling dunia, menyinggahi berbagai pojok negeri. Mereka membidik anak-anak, para gadis berjilbab, orang dewasa, olahragawan, agamawan, serdadu, hingga selebritas yang merayakan permainan bola. Marilyn Monroe, misalnya, hadir lewat karya apik Bob Henriques (1959). Dia menandang bola dengan sepatu hak tinggi. Juga Diego Armando Maradona, si Tangan Tuhan, yang merayakan gol di depan para pendukung di Piala Dunia Meksiko karya John Vink (1986). Atau aksi para gadis berjilbab di Iran yang menyepak bola karya Abbas (1998). Kisah-kisah menarik soal permainan bola atau sesuatu yang menyerupai bola itulah yang mengemuka dalam pameran tersebut. Karya-karya Herbert List (bertahun 1932), Henri Cartier-Bresson (1962), hingga Thomas Dworzak (2001) hadir searus dengan arti sajak Schiller. Ya, kita hanya menjadi diri kita secara penuh bila berada dalam permainan. Dan, permainan itu bernama sepak bola. (Benny Benke-53)

Tidak ada komentar: