Selasa, 19 Februari 2008

Mirror

Rabu, 26 Oktober 2005. BUDAYA
Horor Psikologis dari Sebuah Cermin
HANYA berselang sehari setelah Missing dirilis pekan lalu, satu lagi film horor produksi Indonesia diputar di bioskop. Judulnya Mirror, garapan sutradara Hanny R Saputra. Dia mengklaim karyanya sebagai film horor psikologis. Hanny sebelumnya dikenal sebagai penggarap film Virgin; Ketika Keperawanan Dipertanyakan. Berbeda dengan Missing yang alur ceritanya, sebagaimana kebanyakan film Indonesia, cenderung meminggirkan logika, Mirror lebih logis. Bahkan, cenderung sangat dekat dengan realita. Skenario film tersebut ditulis Armanto berdasarkan ide cerita M Leo Sutanto, yang selama ini dikenal sebagai paranormal. Cerita film ini ditampilkan dengan sangat mendetail dan membumi. Hasilnya, film yang diproduseri Novi Christina dibawah bendera SinemArt ini menghadirkan sebuah jalinan cerita yang saling mengkait serta menghadirkan ketegangan yang mencekam. Menurut Hanny, filmnya merupakan cerita horor yang menghadirkan kesunyian dalam nuansa puitik. ''Hantu tidak memburu dan melulu menghantui dalam film ini. Horor dihadirkan dalam nuansa yang minimalis dan puitik, tetapi secara psikologis justru semakin meneror,'' tuturnya seusai pemutaran perdana Mirror yang dihadiri sejumlah pemeran film tersebut seperti Nirina Zubir, Jonathan Mulia, dan Hanidar Amroe. Film berdurasi 110 menit ini mempergunakan format 35 mm. Syuting 95 persen dilakukan di Bandung. Nirina Zubir yang selama ini dikenal sebagai prensenter yang cengengesan disulap menjadi sosok yang lain. Demikian halnya dengan Jonathan Mulia, yang pernah memerankan tokoh Gie muda dalam film Gie, cukup mampu mengimbangi Nirina sebagai pemeran utama. Cermin Kematian. Mirror berangkat dari kemampuan mendadak yang dimiliki Kikan (Nirina Zubir) yang mampu membaca kematian dari cermin yang dilihatnya. Jika bayangan seseorang tidak terpantul di cermin yang dilihatnya, dipastikan yang bersangkutan akan mati dengan berbagai macam cara. Korban pertama adalah Pak Soleh, seorang penjaga sekolah SMA-nya yang tidak tampak sosoknya dalam pantulan cermin. Sejurus kemudian Pak Soleh mati dengan cara gantung diri. Malamnya, arwah Pak Soleh, lengkap dengan tali yang mengait di lehernya menghampiri Kikan. Korban berikutnya, tetangga dekat Kikan, ayah, ibu dan ke dua anak tercinta mereka. Keluarga tetangganya tidak tampak dicermin yang dilihat Kikan. Tak lama kemudian, satu keluarga tersebut meninggal bersamaan dalam sebuah kecelakaan. Berbagai peristiwa aneh itu membuat Kikan resah. Suatu ketika tanpa sengaja dia tidak melihat pantulan Ibu Yani (Hanidar Amroe), guru fisikanya, di cermin tersebut. Seketika itu, dia mencegah niat Ibu Yani yang hendak ke Surabaya, dengan dalih kematian akan menghampirinya. Dugaannya terbukti, guru itu meninggal karena kecelakaan. Kikan pun akhirnya tidak dapat melihat pantulan dirinya sendiri di cermin itu.(Benny Benke-43)

Tidak ada komentar: