Selasa, 19 Februari 2008

Garin

Rabu, 23 Nopember 2005. BUDAYA
Garin: Unsur Sentimental Masih Dibutuhkan
JAKARTA-Garin Nugroho adalah salah satu pekerja film yang sangat berbahagia dengan maraknya peredaran film Indonesia dewasa ini. Menurut dia, kemarakan film Indonesia akan memberikan dampak yang bagus bagi perkembangan film Indonesia itu sendiri. ''Tentu saja, dengan catatan tidak melupakan kualitas film yang diproduksi,'' katanya. Menurut sutradara yang sedang dalam proses editing film Sinta Obong ini, kualitas sebuah hasil karya merupakan sebuah harga yang tidak bisa ditolak. ''Bayangkan jika hampir setiap bulan ada empat film layar lebar sekaligus,tapi tidak meninggalkan kesan apa-apa, kecuali hanya turut meramaikan produksi film Indonesia,'' imbuh dia. Garin yang mengaku hampir hapal betul dengan gaya penyutradaraan para sutradara muda seperti Arya Kusumadewa, Riri Riza, Rudy Sudjarwo, Hanung Bramantyo, sampai sejawatnya seperti Nan T Achnas dan Sekar Ayu Asmara, bahkan mengibaratkan dirinya layaknya pemain bulu tangkis kawakan. ''Saya hampir pasti bisa membaca langkah pergerakan mereka,'' tuturnya, sembari menyebut istilah yang terdapat di olahraga bulu tangkis. ''Bahkan kadang saya juga merasa kena smash tajam mereka''. Menggetarkan . Untuk menjaga intensitas dan mengasah ketajaman dalam dunia film, Garin pun tak segan-segan mendatangi setiap proses syuting film yang baru diproduksi. ''Diam-diam saya lihat bagaimana mereka menggunakan lighting, dan bagaimana men-direct pemainya''. Hanya saja, kritiknya, ada kecenderungan para sutradara muda itu abai dan kesulitan untuk menciptakan adegan-adegan yang mengena di benak penontonnya, tan pa harus menyimpang dengan tuntutan skenario. ''Walau bagaimanapun unsur-unsur seperti heroisme, sentimental, dan romansa m asih sangat dibutuhkan oleh penonton kita,'' katanya. Penonton Indonesia, menurut Garin, meski sedikit berbeda bahasa visualnya dengan penonton luar (Barat), tetap membutuhkan sesuatu yang menggetarkan untuk didapatkannya ketika mereka mendatangi gedung bioskop. ''Mereka tidak akan datang ke gedung bioskop jika tidak mendapatkan apa-apa, seperti rasa keharuan dan kegembiraan''. (Benny Benke-45)

Tidak ada komentar: