Jumat, 21 Maret 2008

Iwan Fals

Jumat, 13 Oktober 2006 BUDAYA
Iwan Fals Didaulat Menjadi Presiden
Iwan Fals selama setahun ini rutin mengadakan diskusi reboan di rumahnya, Jalan Leuwinanggung 19, Cimanggis, Depok. Selama itu dia telah menghadirkan 128 pembicara yang membahas 48 tema. Pembicara dari berbagai kalangan. Mereka antara lain Suciwati, Budiman Sudjatmiko, Menteri Olah Raga Adiyaksa Dault, Baby Jim Aditya, Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar, Mira Lesmana, pakar intelijen (mendiang) Djuanda Widjaja, Franz Magnis Suseno, Ully Sigar Rusadi, Christine Hakim, Kak Seto, Tommy F Awuy, Sri-Bintang Pamungkas, dan Egy Sudjana. Kemarin, peringatan setahun forum itu dihadiri lebih dari 700 orang dari Orang Indonesia (OI). Itulah organisasi pencinta Iwan Fals. Hadir pula narasumber dalam forum reboan, misalnya ekonom Faisal Basri, peneliti Hermawan Sulistyo, Egy Sudjana, Djoko Edy Sucipto, dan Butet Manurung. Apa yang mereka bicarakan? ''Apa saja, dari soal pemuda, pergerakan, narkoba, carut marut ekonomi, pendidikan gratis, kesehatan gratis, hingga revolusi,'' ujar Iwan Fals. Menuntut . Dia didampingi sang istri, Rosana, membuka dialog yang dimulai pukul 21.30 bertema ''Membangun Indonesia''. Tiga moderator memandu perbincangan dengan lebih dari 20 pembicara. Setelah lebih dari 90 menit berdiskusi, mereka pun rehat. Dan, itulah yang ditunggu-tunggu: Iwan Fals bernyanyi. Di panggung ayah mendiang Galang Rambu Anarki, Cikal Rambu Basae, dan Raya Rambu Rabbani itu tidak sendirian. Dia didampingi Edy Darome (kibor, piano), Herrie Bucharie (bas), Denny (drum), dan Sonata (gitar). ''Lirik tembang pertama ini dari Mustofa Bisri, terinspirasi ketika Irak akan dan sedang digempur Amerika,'' ujar Iwan sembari menggamit gitar. Tempik sorak memecah keheningan malam ketika lagu pertama usai. ''Lagu selanjutnya 'Sagu Ambon'. Liriknya dari Mas Willy (Rendra-red) ketika tsunami menghantam Aceh." Sejurus kemudian dia pun mendendangkan balada: Daripada bakar masjid/daripada bakar gereja/lebih baik bakar sagu saja/Karena kita bersaudara, lukamu adalah lukaku juga. Penonton terdiam. Para pembicara ternganga. Rosana yang biasa disapa Yos bersama Rayya memandangi suami dan ayah mereka. Sementara itu, Iwan menahan air mata. Lagu usai, sebagian bertepuk tangan, sebagian menahan napas. ''Lagu 'Negara' ini terlahir berdasar interpretasi saya dalam melihat negara.'' Lalu, dengan garang Iwan pun memekikkan tuntutan agar negara menggratiskan pendidikan dan kesehatan serta memberikan rasa aman dan kebebasan kreatif. ''Kalau tidak bisa, bubarkan saja!'' Hadirin bergelora. Semua bangkit dari tempat duduk. Seperti kampanye partai, mereka berseru-seru. Sebagai gong menggemalah tembang kebangsaan OI, ''Di Bawah Tiang Bendera''. Lagu karya Franky Sahilatua dan Iwan itu mengentak malam dalam kor panjang. Usai nyanyian, diskusi memanas kembali. Tepat pukul 24.30 diskusi rampung. Hasilnya? OI dan para pembicara sepakat meminta Iwan Fals jadi presiden. Namun Iwan cuma tersenyum. ''Saya nggak ngerti politik. Saya nggak bisa bahasa Inggris. Saya jadi presiden di setiap konser saya saja,'' ujarnya datar. (Benny Benke-53)

Tidak ada komentar: