Jumat, 21 Maret 2008

Denias: Senandung di Atas Awan

Kamis, 12 Oktober 2006. BUDAYA
"Denias: Senandung di Atas Awan"
Kisah Nyata Anak Papua

SEJAUH mana tekad seorang anak Papua dalam menuntut ilmu sebagai upaya untuk memperbaiki kehidupan dan masa depannya? Dalam film Denias: Senandung di Atas Awan arahan John De Rantau, perjuangan untuk mendapatkan hak pendidikan itu dikisahkan secara mengharukan. Berbeda dari kebanyakan film Indonesia yang kerap mengangkat tema drama cinta remaja dan horor, Denias yang akan diputar secara serentak mulai 19 Oktober mendatang mengajukan tema pendidikan dengan balutan drama kisah nyata anak-anak Papua. Dalam preview perdana di Jakarta, kemarin, film yang menurut sutradaranya adalah film pertama dengan media 35 mm yang dibuat di Papua, sejak awal memang berangkat dari semangat idealisme. Membutuhkan proses keseluruhan selama tiga tahun, setahun di antaranya untuk riset dan masa syuting mulai 20 Mei hingga 1 Juni 2006, film ini mengambil setting di Wamena dan Timika. Sebagai kisah nyata yang menggambarkan dengan apik bagaimana kehidupan asli masyarakat Papua dan keindahan alamnya, Denias mengemban pesan mulia. ''Betapapun tidak ada mimpi yang tidak bisa diwujudkan,'' ujar De Rantau. Sebagai sutradara yang turut terlibat dalam pembuatan film Ijinkan Aku Menciummu Sekali Saja dan Mencari Madonna yang juga ber-setting Papua, dia yakin filmnya mendapat sambutan positif. Ari Sihasale selaku produser dan pemain menyebutkan, kisah nyata film tersebut berangkat dari pengalaman adik kelasnya yang harus berjalan jauh selama empat hari untuk mencari sekolah dari desanya yang terpencil. Semangat untuk mendapatkan pendidikan dengan balutan alam Papua nan indah inilah yang dicoba untuk disajikannya. ''Ada yang lebih indah dari sekadar pemandangan alam Papua yang menakjubkan, yaitu semangat meraih pendidikan dari masyarakat setempat,'' katanya. Nia Sihasale Zulkarnaen sebagai executive producer mengamini pendapat suaminya itu. Menurut dia, pesan tentang arti penting untuk mendapatkan pendidikan menjadi tema utama Denias. Anak Petani. Film tersebut juga dilakoni peraih Piala Citra 2005 Marcella Zalianty, Mathias Muchus, dan bintang asli provinsi paling timur Indonesia seperti Albert Fakdawer dan Michael Jakarimilena. Kisah berpusat pada Denias (Albert Fakdawer), anak petani di pedalaman Arwanop yang mempunyai mimpi meraih pendidikan setinggi Gunung Jayawijaya. Sepeninggal Mama Denias (Audry Papilaja) dan pulangnya Pak Guru (Mathias Muchus) ke tanah Jawa, dan kawan bermainnya, Maleo (Ari Sahasale), di benak Denias hanya ada satu tekad. Yakni meraih pendidikan di balik gunung yang konon kata Maleo, yang sebenarnya adalah anggota Komando Pasukan Khusus, penuh dengan fasilitas. Maka ditempuh lah perjalanan heroik membelah gunung, sungai, hutan, dan rawa untuk menuju kota. Setelah empat hari dilalui, akhirnya sampailah dia di rumah salah seorang sanak saudaranya. Namun di kota, dia tidak mempunyai seorang kawanpun kecuali gelandangan bernama Enos (Minus Karoba). Bersama Enos lah, Denias berniat masuk ke sekolah fasilitas. Hingga akhirnya, setelah melalui proses drama yang mengaharukan, atas bantuan Ibu Sam (Marcella Zalianty), dan Ibu Asrama (Nia Sihasale Zulkarnaen), Denias dan Enos dapat duduk di bangku sekolah dasar. Semangat pantang menyerah Denias, yang sekarang telah mendapatkan beasiswa dari PT Freeport untuk kuliah di Darwin, Australia, itulah yang digambarkan dengan menawan oleh John De Rantau. (Benny Benke-45)

Tidak ada komentar: