Senin, 17 Maret 2008

Radical Corps

Senin, 02 Oktober 2006 . BUDAYA
Satu Album Berpuluh Harapan
JAKARTA-Petilan syair tembang berjudul ''Pukima!!!'' karya Pidie Baiq yang dilagukan Radical Corps (RC) bisa jadi mencerminkan ke arah mana idealisme mereka hendak diarahkan. Grup band metal asal Semarang berawak Rudy Murdock (vokal), Yus (drum, perkusi), Nopee (gitar), Enggar (bas, vokal latar) itu meneguhkan kediriannya pada tembang kedua ''The Hope of Papua'' dan ''Shool for a Fool''. Demikianlah tiga tembang berirama metal yang meluncur lewat teknik vokal growling atau menggeram itu menjadi semacam happening art peluncuran album State of Emergency di JK 7 Kemang, Jakarta, akhir pekan lalu. Apa yang membuat bocah-bocah Semarang yang telah bersitekun di jalur musik pemekak telinga itu jauh-jauh merilis album ketiga mereka di Jakarta? Berikhtiar melebarkan sayap popularitas dengan harapan lebih cepat meraih kesuksesan? Atau menguji idealisme bermusik lewat kematangan musikalitas dan kekuatan lirik di jalur metal?
''Memang, bukan pekerjaan gampang menyejajarkan idealisme bermusik dengan kemauan selera pasar,'' ujar Yus. ''Apalagi penikmat musik metal seperti ini sangat segmented di Indonesia, meski tetap ada''. Menurut Rudy, berbeda dengan kemampuan menerima jenis musik apa pun yang ada, di Amerika, di mana album ''State of Emergency'' juga diedarkan, bahkan cenderung lebih bisa diterima. ''Kami juga mengedarkan album ini di Malaysia, selain tidak menutup kemungkinan negara lain yang sekiranya bisa menerima musik kami,'' kata Rudy. Dengan bekal pernah menelurkan album The Unsolved of Euphony Destruction (1998), Born in the Land of Hate (2003) plus tiga single/kompilasi album Panggilan Pulau Puaka (1998), Metalik Klinik 3 (2000), dan Seputribe, A Tribute to Sepultura (2004), RC memang jauh dari kata kacangan. Kematangan . Sepuluh tembang di album ketiga itu semakin meneguhkan kematangan mereka yang telah bertahan lebih dari satu dekade di jalur sepi ini. ''Inilah pilihan hidup kami, tetap bertahan di jalur musik yang kami yakini mampu mewakili kegelisahan kami'' ujar Yus. Tembang-tembang sarat kritik seperti "The Crying Nation", "State of Emergency", "Rage Againts The System", "Human", "The Land Where We're Born", "Fightback for Nature", "There's No Need Religion", dan "Murder Age" memang terkesan berjarak dari selera pasar . Sebagaimana kita maklumi bersama, dengan rumusan musik easy listening, lirik yang mudah diingat, dan kemasan yang menarik, sebuah grup band cenderung lebih bisa diterima pasar. Biasanya grup band yang bertulang musik pop yang merajai wilayah ini. Meski musik dan lirik RC ''berat'' dan oleh karenanya jauh dari kesan cengeng, disadari oleh mereka dari awal tidak akan mudah merebut hati pasar yang cenderung melodius. Tapi berpuluh harap telah dikembangkan dan berjuta mimpi menunggu diwujudkan. Dengan strategi marketing yang jitu untuk menjual diri dengan segala kematangan, tampaknya kesuksesan hanya masalah watu bagi anak-anak Semarang ini. (G20-45)

Tidak ada komentar: