Rabu, 20 Februari 2008

Shinta Obong

Selasa, 06 Desember 2005. BUDAYA
Film "Sinta Obong" Menuai Protes
JAKARTA-Sehubungan dengan artikel Sinta Obong di majalah Tempo (9/10) mengenai proses pembuatan film yang salah satunya dibintangi Artika Sari Dewi, International General Secretariat World Hindu Youth Organization (WHYO) memprotes film Sinta Obong yang disutradari oleh Garin Nugroho. Organinasi intelektual yang berkantor pusat di Denpasar, Bali, itu mengajukan somasi terhadap film yang dianggap melecehkan simbol agama Hindu, Kitab Ramayana. ''Ada dua hal yang membuat kami keberatan terhadap film Sinta Obong,'' terang Anak Agung Ngurah Arya Wedakarna, SE, MSi, Presiden WHYO ketika dihubungi, kemarin. Pertama, film yang akan diikutkan dalam perayaan 250 tahun Mozart di Wina, Austria, itu dalam beberapa adegannya menyalahi kakawin Ramayana. Kedua, penggambaran Rama dan Sinta tidak sesuai dengan pakem aslinya. ''Ramayana adalah kitab suci bagi agama Hindu jadi penginterpretasiannya tidak bisa sembarangan seperti itu,'' imbuh Arya yang mengklaim telah mengirimkan surat keberatan kepada panitia Perayaan 250 Tahun Mozart untuk me-recall film Sinta Obong jika pembuatnya tidak melakukan perubahan-perubahan. Opsi. WHYO yang mempunyai kantor cabang di India, Amerika, Malaysia, Singapura, Australia, Nepal, Sri Lanka, dan Thailand itu juga telah mengirimkan surat keberatan kepada pihak SET (Science, Estetika, dan Teknologi) dan Garin Nugroho. ''Kami memberikan dua opsi kepada Mas Garin jika tetap ingin menayangkan Sinta Obong''. Pertama, jika ingin tetap menayangkankan film tersebut berarti tidak boleh memakai Kakawin Ramayana sebagai pijakan. Kedua, bagian kontraversi seperti penggambaran Sinta yang hiperseksual dan pembunuhan Sinta oleh Rama dihilangkan. ''Bagaimana pun ini adalah kitab suci,'' tekannya. Meski belum mendapatkan jawaban dari pihak SET dan Garin, WHYO berharap SET dan Garin mempunyai niat baik terhadap keberatan tersebut. ''Kalaupun Mas Garin tidak menanggapi, kami percaya hukum karma,'' imbuh Arya yang juga pernah memprotes sampul kaset album Iwan Fals dan novel Dewi ''Dee'' Lestari, yang dianggap juga melecehkan simbol-simbol agama Hindu. Garin Nugroho sendiri ketika dihubungi menyesalkan jika ada protes yang terlalu prematur ditujukan kepada film terbarunya tersebut. ''Terlalu prematur jika memprotes film ini. Apalagi ini kan masih dalam proses editing,'' tuturnya. Bahkan, imbuhnya, sebagai sutradara dia juga belum tentu memberi judul film terbarunya tersebut dengan Sinta Obong. Garin yang masih berada di Aceh juga berencana akan mengadakan jumpa pers dalam waktu dekat untuk meluruskan sebuah persoalan yang mulai mencuat kepermukaan tersebut. Meski secara tidak langsung mengatakan akan melakukan perlawanan, Garin juga menyesalkan kecenderungan kesenian yang selalu "dikalahkan" jika berhadapan dengan interpretasi keagamaan. ''Ini akan menjadi preseden yang buruk bagi perkembangan kesenian di negeri kita,'' katanya. (G20-45)

Tidak ada komentar: