Kamis, 21 Februari 2008

Film Indonesia 2006

Kamis, 29 Desember 2005. BUDAYA
Film Indonesia 2006 Tak Banyak Berubah
Jumlah Produksi Terbanyak di Asia Tenggara
JAKARTA - Lebih dari 34 judul film telah diproduksi dan lolos sensor sepanjang tahun 2005 dan 6 film masih dalam proses penggarapan. Angka ini, menurut Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), melebihi produksi film negara-negara di Asia Tenggara, yang biasanya tidak lebih dari 30 judul film per tahun. Thailand misalnya, menurut Ketua BP2N Djonny Safrudin, tahun 2005 menghasilkan 30 judul film, Malaysia 26-28 judul, sedangkan Filipina dan Singapura jauh lebih kecil lagi. Secara kuantitif perkembangan film Indonesia sangat menggembirakan. Namun, hal itu belum diimbangi dengan kualitas. Sebagaimana diketahui, kesamaan tema mendominasi semua film yang diproduksi setahun belakangan. Tema drama percintaan, horor, komedi romantik, dan musikal anak-anak mendominasi point of view para pembuat film. Hal itu masih akan terjadi pada tahun 2006. Hanya sedikit yang menyempal dari tema seragam ini, misalnya tema politik. Tren tema film dan unsur pembangun sebuah film juga tidak akan jauh berbeda pada tahun 2006 nanti. Sutradara Garin Nugroho menilai fenomena keseragaman tema ini tidak hanya berdampak pada menurunnya jumlah penonton bioskop, karena unsur-unsur yang ada dalam film sangat monoton dan bisa ditebak, ''Tapi, juga penurunan kualitas film itu sendiri''. Namun, kata dia, keterampilan para pembuat film Indonesia dalam mengemas sebuah film sudah sangat menggembirakan. Hanya saja dramaturginya masih menjadi masalah yang mendasar. Dramaturgi dalam pengertian sutradara yang karyanya lebih dikenal di mancanegara ini adalah unsur-unsur sedih, gembira, percintaan dan kepahlawanan yang di sini belum tergarap dengan maksimal. Bahkan, ciri-ciri film Indonesia selama 2005, menurut dia masih sangat mudah dikenali. ''Satu film biasanya berisi 5 lagu (tema), yang menggambarkan gaya hidup, fashion di ruang publik, menggunakan (menjual) bintang-bintang populer, dengan tema horor, komedi dan cinta, atau sejarah dan cinta, yang fokus di dunia remaja,'' katanya. Garin tidak serta merta menyalahkan para pembuat film, dia justru menuding keadaan dan kondisi kekinian Indonesia secara keseluruhan yang menjadi penyebab kondisi perfilman saat ini. ''Mungkin, karena mereka (movie maker) jenuh dengan jargon atau euforia kehidupan berbangsa yang memang menyedihkan selama 2005 ini,'' tuturnya. Pergeseran. Dia memperkirakan tema film 2006 akan sedikit mengalami pergeseran. Tema-tema film ke depan akan cenderung lebih realistis karena penikmat film Indonesia sudah sangat terlatih dengan tontonan dari Hollywood, Korea, dan Hong Kong yang secara dramaturgi lebih kuat. ''Jadi, jika temanya tidak berubah, film itu paling maksimal hanya bertahan 3 hari di bioskop,'' tandas Garin. Sementara itu, Slamet Rahardjo Djarot mensyukuri maraknya film Indonesia yang beredar di bioskop. ''Mungkin saya adalah tipikal orang yang paling mudah bersyukur, jadi saya malah mensyukuri maraknya film kita,'' ujar Slamet. Menurut dia, apa pun hasil karya anak-anak muda di dunia film harus diacungi jempol. ''Bahkan, saya harus mengucapkan selamat kepada mereka, karena bekerja penuh dengan kemandirian''. Slamet menambahkan, membuat film yang utuh dan memenuhi semua unsur sinematografi, bukanlah pekerjaan mudah. ''Semua unsur pembangun film juga dipengaruhi oleh situasi yang ada sekarang, sebagai cerminan,'' katanya. Karena itu, lanjutnya, bukan sesuatu yang mengherankan jika secara tematik film Indonesia menjadi seragam. Namun tema cinta, apalagi horor, di mata Slamet bukan sesuatu yang jelek. ''Karena tema cinta sampai kiamat pun tidak akan pernah ada habisnya,'' tandas dia.
Mengenai tema horor, dalam bahasa guyon kakak kandung Eros Djarot ini mengatakan tema itu jadi tren mungkin karena para pekerja film lebih percaya setan daripada para politisi dan pemimpin negeri ini. ''Intinya, tidak semua pekerja film harus menjadi pioner, meski bukan berarti harus cepat berpuas diri terhadap hasil karyanya. Karena jika seseorang cepat puas dengan karya mereka, dipastikan bakal hancur,'' tutur aktor kesayangan sutradara legendaris Teguh Karya ini. (G20)

Tidak ada komentar: