Kamis, 21 Februari 2008

Bioskop

Kamis, 29 Desember 2005. BUDAYA
Minimnya Bioskop di Daerah Jadi Kendala
JAKARTA - Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) sebagai lembaga yang mengawal pembangunan perfilman Indonesia di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, telah mendesak Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas agar memasukkan kurikulum perfilman dalam dunia pendidikan. Dengan langkah itu diharapkan napas kreator perfilman Indonesia tetap terjaga untuk terus menghasilkan film-film baru. ''Sebab, kualitas akan berjalan dengan sendirinya seiring dengan kuantitas film yang ada,'' kata Ketua BP2N Djonny Safrudin. Meski berharap sokongan pemerintah, menurut Djonny, penyokong utama film Indonesia adalah penonton atau masyarakat Indonesia sendiri. ''Inilah repotnya, penonton film Indonesia sejatinya banyak terdapat di daerah hingga kota kabupaten. Namun payahnya, setelah 90-an banyak bioskop di daerah yang tutup,'' katanya. Namun, dia optimistis pertumbuhan perfilman nasional akan terus membaik. Apalagi jumlah penonton film produksi dalam negeri di bioskop makin membludak. Hal itu terlihat dari data jumlah penonton sepanjang tahun 2005, dengan predikat film terlaris dipegang film Virgin. Berdasarkan data BP2N hingga Desember 2005, jumlah penonton film pernah menjadi kontroversi itu telah mencapai angka 1.150.000. Urutan berikut diduduki Apa Artinya Cinta? yang menyedot 1.100.000 penonton. Jumlah penonton film Indonesia itu akan bertambah banyak jika bioskop di daerah dibuka kembali. ''Inilah kendalanya, selain jumlah bioskop di daerah berkurang, para pekerja film juga harus bersaing dengan tv, VCD bajakan,'' katanya. (G20-43)

Tidak ada komentar: