Selasa, 12 Februari 2008

Bangkit Aceh

Senin, 03 Januari 2005. BUDAYA
Bangkit Aceh, Bangkit Indonesia

PERAYAAN Malam Tahun Baru yang biasanya identik dengan pesta pora, dansa, hura-hura, dan kembang api, tahun ini tampaknya harus dikendalikan. Betapa tidak, bencana nasional yang diakibatkan dari gempa bumi berkuatan 8,9 Skala Richter (yang menurut para ahli berkekuatan 10 kali bom Hirosima) dengan ketinggan lebih dari 10 meter, meluluhlantakkan Aceh, Nias, dan sebagian wilayah Sumatera Utara. Ya, meski terjangan ombak yang maha dahsyat itu "hanya" berlangsung selama sembilan menit, dampak yang diakibatkannya mencapai puluhan ribu jiwa. Sebuah angka yang gigantis. Sehingga tidak heran jika masyarakat Aceh yang tergabung dalam Seniman Aceh Se-Jabotabek (Sajak), Konsorsium Wartawan Kebudayaan (KWK), dan Kafe Taman Semanggi (KTS ) menggelar acara pergantian tahun baru dengan peristiwa budaya yang jauh dari nuansa hura-hura. Mengusung tema besar "Bangkit Aceh" dan menghadirkan para budayawan, penyair, dan pekerja seni yang peduli terhadap korban bencana nasional, acara yang dipusatkan di Plaza Cafe Taman Semanggi Jakarta, Jumat (31/12) malam, itu mendapat sambutan yang baik dari seribuan hadirin. Terlebih ketika, Rieke Dyah Pitaloka mendeklamasikan sajak-sajak terbarunya yang ia dedikasikan untuk para korban gempa dan badai tsunami. "Innalillahi wa Innailaihi Rojiun," pekik pemeran Oneng dalam sitkom Bajaj Bajuri ini menyudahi aksinya yang atraktif.

Terdiam

Lain Rieke lain Sutardji Calzoum Bachri. Presiden penyair Indonesia ini lewat sajak "Belum Ada Judul" dan "Tak Cukup Sanggup" mampu menyihir audience terdiam lewat kedalaman syairnya. Sehingga, kecairan suasana yang mulai disolidkan oleh penyair Radar Panca Dahana lewat orasinya menjadi semakin kusyuk. "Sejatinya, bencana peradaban yang lebih besar daripada bencana Aceh telah terjadi di depan kita," kata Radar. "Yaitu dengan adanya badai korupsi, ketidakjujuran, dan kemunafikan yang pada saatnya hanya menunggu waktu akan semakin menghancurkan peradaban negeri ini," imbuh Radar yang seminggu tiga kali musti mencuci darahnya ini. Sebagaimana Sutardji Calzoum Bachri, Rieke Dyah Pitaloka, dan Radar Panca Dahana, penyair lainnya seperti Ahmadun Yossi Erfanda, Hudan Hidayat, Doddy Achmad Fawzy sampai Mbah Surip yang sohor dengan uluk salam "I Love You Full" ini mengemban sebuah semangat mulia. "Semangat yang menyerukan sebuah kebangkitan bagi bumi Serambi Mekah dan bumi Indonesia," seru Rieke dari atas panggung. (Benny Benke-81)

Tidak ada komentar: